mereka mengatakan bahwa percaya kepada takdir adalah tahayul. Kehidupan
manusia adalah bergantung sepenuhnya kepada perjuangan diri sendiri.
Pendapat orang seperti ini memang ada benarnya, tetapi pendapat ini pulalah
yang kemudian menghilangkan keyakinan akan kebaikan, kerendahan hati,
ketulusan, dan nilai-nilai penting lainnya. Orang-orang seperti inilah yang
kemudian paling sering menghalalkan segala cara untuk kemudahan diri
sendiri, yang pada akhirnya hanya membawa diri sendiri ke dalam penderitaan.
Sebaliknya banyak orang yang mempercayakan
hidupnya kepada tukang ramal, nujum, dan yang sejenisnya. Orang yang seperti
ini akan kehilangan semangat hidup, kemudian hidup dalam ketakutan dari pada
akhirnya hilang pulalah makna dari kehidupannya. Orang-orang inilah yang
tidur di rumah sambil menunggu ada hujan uang dari langit. Mereka pulalah
yang menjadikan orang lain dan nasib sebagai alasan bagi semua kesulitan
yang dihadapi.
Melalui buku ini, Liao Fan, si penulis,
menjelaskan tentang apa makna yang sebenarnya dari takdir dan bagaimana
seharusnya hidup dan memperjuangkannya. Takdir tidak lain merupakan karma
masa lalu yang berbuah. Memahami prinsip tentang takdir atau karma sangatlah
penting bagi kehidupan, agar kita tidak terjatuh ke dalam kedua ekstrem di
atas. Dengan memahami hukum karma ini juga sangat penting sebagai pegangan
hidup kita.
Cina, sebuah negeri yang sangat luas, dengan
jumlah penduduk yang sangat banyak. Dalam sejarahnya pernah menikmati
kedamaian dan harmoni antar penduduknya dalam waktu yang sangat panjang. Ini
adalah berkat kehidupan spiritual dan moral yang terpatri dalam kehidupan
sehari-hari penduduknya. Cina terlalu luas untuk dapat diperintah secara
efektif oleh orang, hukum, kerajaan maupun dengan cara apa pun juga. Yang
mewujudkan semua keharmonisan tadi hanyalah pemahaman yang tergambar dalam
pepatah:
"Jika Anda menanam benih labu, maka Anda akan
memanen labu, dan untuk dapat memanen kacang, tanamlah kacang."
Pemahaman ini tertanam dalam kesadaran setiap
orang, sehingga setiap orang yakin bahwa "perbuatan baik akan membuahkan
hasil yang baik". Dan sebenarnya itulah penjelasan secara mudah tentang
hukum karma.
Yen Liao Fan sebenarnya menuliskan karya ini
untuk putranya. Sampai saat ini, lima ratus tahun sesudah dituliskan, karya
ini tetap menjadi salah satu buku yang paling populer. Walaupun pada
bagian-bagian tertentu, tulisan ini hanya relevan dalam konteks zaman
Dinasti Ming, tetapi secara keseluruhan karya ini tetap merupakan suatu
panduan yang sangat praktis dalam alam kehidupan sekarang ini. Karya ini
secara gamblang menjelaskan pandangan "Orang Tionghoa" dan moralitasnya yang
sangat berharga untuk dipelajari.
Dalam usia muda Liao Fan bertemu dengan orang
yang dapat meramalkan masa depan kehidupannya, dan kemudian ternyata apa
yang diramalkan semuanya terbukti. Hal ini mengakibatkan Liao Fan mempunyai
anggapan bahwa dalam kehidupan tidak ada lagi yang perlu diperjuangkan,
karena semuanya akan berjalan sesuai dengan suratan takdir. Untunglah
kemudian Liao Fan bertemu dengan orang yang dapat meyakinkannya bahwa takdir
tidak berlaku sepenuhnya. Walaupun takdir berlaku, tetapi setiap manusia
yang menjalaninya mempunyai kuasa untuk mengubahnya. Orang yang berbuat
karma yang tidak baik dalam kehidupan sebelumnya, akan mendapatkan
penderitaan dalam kehidupannya sekarang. Tetapi dengan berbuat kebajikan,
memupuk perilaku dan pandangan baik, maka perlahan tetapi pasti kehidupannya
akan semakin membaik dan akhirnya keluar dari penderitaan. Sama seperti Liao
Fan yang akhirnya juga mampu keluar dari takdirnya yang kurang baik.
Langkah awal untuk menguasai takdir adalah
pertobatan. Jika ada orang yang mengatakan bahwa kehidupannya sudah bebas
dari kesalahan dan kebiasaan buruk, maka kemungkinan besar orang tersebut
kurang peka sehingga tidak menyadari kesalahannya sendiri. Seharusnya dalam
kehidupan sehari-hari perlu dilakukan introspeksi. Jika menyadari adanya
kesalahan, perlakukanlah kesalahan kecil seperti seiris bambu yang menusuk
ke bawah kulit, yang harus segera dicabut. Dan jika menyadari kesalahan yang
besar, perlakukanlah ia seolah-olah gigitan ular berbisa, yang jika perlu
jari pun harus segera dipotong untuk menghalangi bisanya menjalar ke bagian
tubuh yang lain. Liao Fan menjelaskan tentang sifat-sifat yang harus
dimiliki dalam pertobatan dan bagaimana seharusnya pertobatan dilakukan.
Liao Fan juga memberikan berbagai contoh
tentang cara untuk memupuk kebajikan. Kebajikan itu sendiri terbagi dalam
beberapa jenis; Ada yang besar dan ada yang kecil; Ada yang tulus dan ada
yang berpamrih; Ada yang dilakukan tanpa terlihat dan ada yang sengaja
dilakukan untuk dilihat. Semuanya perlu dipahami agar kita tidak terjebak
dalam sesuatu yang dikira sebagai kebajikan, tetapi ternyata tidak lebih
dari suatu kepalsuan.
Pada bagian akhir, Liao Fan menekankan
perlunya sifat rendah hati, karena hanya orang yang rendah hati yang akan
dapat maju dan berhasil. Sebaliknya, jika menyombongkan diri, maka dapat
dipastikan tidak akan mempunyai kebahagiaan dalam kehidupan.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
semata tidak akan mampu menjawab semua masalah tentang kemanusiaan yang
sudah sedemikian mendesak. Dalam kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan,
sering kita terlena dan mengabaikan pembangunan moral. Masalah-masalah ini
hanya dapat dijawab dengan pembangunan kesadaran spiritual yang sama
pesatnya dengan kemajuan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.
Dalam usaha ini semoga karya Liao Fan yang
mengungkapkan keunggulan moralitas pada zamannya dapat menambah wawasan dan
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
No comments:
Post a Comment
Monggo..
silahkan di isi komentarnya..
Siapapun boleh, en gak di gigit balik kok..