Saturday, January 3, 2009

4 Pelajaran dari Liao Fan

4 Pelajaran dari Liao Fan

Kebajikan : Kunci untuk Mengubah Nasib

 

Pendahuluan

 

                Banyak orang yang alergi berbicara tentang takdir, mereka mengatakan bahwa percaya kepada takdir adalah tahayul. Kehidupan manusia adalah bergantung sepenuhnya kepada perjuangan diri sendiri. Pendapat orang seperti ini memang ada benarnya, tetapi pendapat ini pulalah yang kemudian menghilangkan keyakinan akan kebaikan, kerendahan hati, ketulusan, dan nilai-nilai penting lainnya. Orang-orang seperti inilah yang kemudian paling sering menghalalkan segala cara untuk kemudahan diri sendiri, yang pada akhirnya hanya membawa diri sendiri ke dalam penderitaan.

                Sebaliknya banyak orang yang mempercayakan hidupnya kepada tukang ramal, nujum, dan yang sejenisnya. Orang yang seperti ini akan kehilangan semangat hidup, kemudian hidup dalam ketakutan dari pada akhirnya hilang pulalah makna dari kehidupannya. Orang-orang inilah yang tidur di rumah sambil menunggu ada hujan uang dari langit. Mereka pulalah yang menjadikan orang lain dan nasib sebagai alasan bagi semua kesulitan yang dihadapi.

                Melalui buku ini, Liao Fan, si penulis, menjelaskan tentang apa makna yang sebenarnya dari takdir dan bagaimana seharusnya hidup dan memperjuangkannya. Takdir tidak lain merupakan karma masa lalu yang berbuah. Memahami prinsip tentang takdir atau karma sangatlah penting bagi kehidupan, agar kita tidak terjatuh ke dalam kedua ekstrem di atas. Dengan memahami hukum karma ini juga sangat penting sebagai pegangan hidup kita.

                Cina, sebuah negeri yang sangat luas, dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. Dalam sejarahnya pernah menikmati kedamaian dan harmoni antar penduduknya dalam waktu yang sangat panjang. Ini adalah berkat kehidupan spiritual dan moral yang terpatri dalam kehidupan sehari-hari penduduknya. Cina terlalu luas untuk dapat diperintah secara efektif oleh orang, hukum, kerajaan maupun dengan cara apa pun juga. Yang mewujudkan semua keharmonisan tadi hanyalah pemahaman yang tergambar dalam pepatah:

                “Jika Anda menanam benih labu, maka Anda akan memanen labu, dan untuk dapat memanen kacang, tanamlah kacang.”

                Pemahaman ini tertanam dalam kesadaran setiap orang, sehingga setiap orang yakin bahwa “perbuatan baik akan membuahkan hasil yang baik”. Dan sebenarnya itulah penjelasan secara mudah tentang hukum karma.

                Yen Liao Fan sebenarnya menuliskan karya ini untuk putranya. Sampai saat ini, lima ratus tahun sesudah dituliskan, karya ini tetap menjadi salah satu buku yang paling populer. Walaupun pada bagian-bagian tertentu, tulisan ini hanya relevan dalam konteks zaman Dinasti Ming, tetapi secara keseluruhan karya ini tetap merupakan suatu panduan yang sangat praktis dalam alam kehidupan sekarang ini. Karya ini secara gamblang menjelaskan pandangan “Orang Tionghoa” dan moralitasnya yang sangat berharga untuk dipelajari.

                Dalam usia muda Liao Fan bertemu dengan orang yang dapat meramalkan masa depan kehidupannya, dan kemudian ternyata apa yang diramalkan semuanya terbukti. Hal ini mengakibatkan Liao Fan mempunyai anggapan bahwa dalam kehidupan tidak ada lagi yang perlu diperjuangkan, karena semuanya akan berjalan sesuai dengan suratan takdir. Untunglah kemudian Liao Fan bertemu dengan orang yang dapat meyakinkannya bahwa takdir tidak berlaku sepenuhnya. Walaupun takdir berlaku, tetapi setiap manusia yang menjalaninya mempunyai kuasa untuk mengubahnya. Orang yang berbuat karma yang tidak baik dalam kehidupan sebelumnya, akan mendapatkan penderitaan dalam kehidupannya sekarang. Tetapi dengan berbuat kebajikan, memupuk perilaku dan pandangan baik, maka perlahan tetapi pasti kehidupannya akan semakin membaik dan akhirnya keluar dari penderitaan. Sama seperti Liao Fan yang akhirnya juga mampu keluar dari takdirnya yang kurang baik.

                Langkah awal untuk menguasai takdir adalah pertobatan. Jika ada orang yang mengatakan bahwa kehidupannya sudah bebas dari kesalahan dan kebiasaan buruk, maka kemungkinan besar orang tersebut kurang peka sehingga tidak menyadari kesalahannya sendiri. Seharusnya dalam kehidupan sehari-hari perlu dilakukan introspeksi. Jika menyadari adanya kesalahan, perlakukanlah kesalahan kecil seperti seiris bambu yang menusuk ke bawah kulit, yang harus segera dicabut. Dan jika menyadari kesalahan yang besar, perlakukanlah ia seolah-olah gigitan ular berbisa, yang jika perlu jari pun harus segera dipotong untuk menghalangi bisanya menjalar ke bagian tubuh yang lain. Liao Fan menjelaskan tentang sifat-sifat yang harus dimiliki dalam pertobatan dan bagaimana seharusnya pertobatan dilakukan.

                Liao Fan juga memberikan berbagai contoh tentang cara untuk memupuk kebajikan. Kebajikan itu sendiri terbagi dalam beberapa jenis; Ada yang besar dan ada yang kecil; Ada yang tulus dan ada yang berpamrih; Ada yang dilakukan tanpa terlihat dan ada yang sengaja dilakukan untuk dilihat. Semuanya perlu dipahami agar kita tidak terjebak dalam sesuatu yang dikira sebagai kebajikan, tetapi ternyata tidak lebih dari suatu kepalsuan.

                Pada bagian akhir, Liao Fan menekankan perlunya sifat rendah hati, karena hanya orang yang rendah hati yang akan dapat maju dan berhasil. Sebaliknya, jika menyombongkan diri, maka dapat dipastikan tidak akan mempunyai kebahagiaan dalam kehidupan.

                Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan semata tidak akan mampu menjawab semua masalah tentang kemanusiaan yang sudah sedemikian mendesak. Dalam kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, sering kita terlena dan mengabaikan pembangunan moral. Masalah-masalah ini hanya dapat dijawab dengan pembangunan kesadaran spiritual yang sama pesatnya dengan kemajuan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.

                Dalam usaha ini semoga karya Liao Fan yang mengungkapkan keunggulan moralitas pada zamannya dapat menambah wawasan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

 

Pelajaran Pertama : Hukum Dasar Tentang Nasib

 

Semuanya adalah Karma,

Sedikit pun Bukan Upaya Manusia

 

                Saya (Liao Fan) sudah tidak mempunyai ayah sejak usia muda. Ibu berpendapat bahwa dengan mempelajari ilmu pengobatan akan merupakan jaminan untuk masa depan, terlebih lagi sekaligus akan dapat menolong orang lain. Dengan memiliki ketrampilan, saya tidak perlu lagi khawatir untuk mempertahankan kehidupan. Disamping itu, saya akan menjadi terkenal, sesuai dengan harapan ayah pada saya. Jadi, saya menuruti kehendak ibu dengan melepaskan impian saya untuk menjadi seorang terpelajar yang lulus pada ujian kerajaan agar dapat bekerja sebagai seorang pejabat pemerintahan.

                Suatu hari dalam perjalanan, saya bertemu dengan seorang tua di Kuil “Mega Penghibur”. Dia mempunyai janggut yang panjang dan kelihatan arif bijaksana. Saat saya memberi hormat kepadanya, dia memberi tahu kepada saya, “Anda seharusnya menjadi orang terpelajar. Anda ditakdirkan untuk menjadi pejabat pemerintah. Tahun depan Anda akan lulus dari ujian tingkat pertama. Mengapa Anda tidak berusaha belajar?” Saya menjelaskan alasan saya, dan kemudian menanyakan namanya. Orang tersebut berkata, “Saya bermarga Kong, dari Propinsi Yunnan. Saya mempunyai sebuah buku penting di bidang astrologi. Dari buku itu, saya mewarisi pengetahuan dari Shou-zi, dan saya akan meneruskan kepadamu.”

                Kemudian, saya mengundang Tuan Kong ke rumah dan memperkenalkannya pada ibuku. Ibu berpesan untuk melayaninya dengan sebaik-baiknya dan menguji kemampuan orang tua tersebut dalam meramal. Ternyata dia selalu benar, baik kejadian besar maupun kejadian sehari-hari. Oleh karenanya, saya menjadi yakin akan apa yang dikatakannya sebagai takdirku, dan saya mulai belajar untuk persiapan ujian tahun berikutnya. Saya mengkonsultasikan hal ini kepada saudara sepupuku, Shen. Dia merekomendasikan seorang guru, Tuan Yu Haigu, yang mengajar di rumah salah seorang temannya. Selanjutnya, saya menjadi murid Tuan Yu.

                Tuan Kong kemudian membuat beberapa perhitungan untuk saya. Dia berkata, “Di tingkat daerah, kamu akan berada pada peringkat empat belas; Di tingkat regional, kamu akan mendapat peringkat tujuh puluh satu; Dan di tingkat propinsi, kamu berada pada peringkat sembilan.” Tahun berikutnya, pada ketiga ujian tersebut, ternyata peringkat saya tepat seperti apa yang diramalkan oleh Tuan Kong. Saya kemudian memintanya untuk meramalkan seluruh sisa hidup saya.

                Kong meramalkan ujian apa saja yang akan saya lewati dan kapan saya akan lulus dari ujian-ujian tersebut, kapan saya akan memulai tugas, dan kapan saya akan dipromosikan. Akhirnya, saya akan ditunjuk sebagai hakim di Propinsi Sichuan. Sesudah bertugas selama tiga setengah tahun pada posisi tersebut, saya pensiun dan pulang ke kampung halaman, dan hidup sampai usia 53 tahun, serta meninggal dunia pada tanggal 14 Agustus pada waktu tso. Sayangnya saya tidak akan mempunyai putra. Dengan seksama saya mendengar dan mengingat penjelasannya.

                Sejak saat itu, hasil dari semua ujian adalah persis sama dengan yang diramalkan. Tuan Kong juga meramalkan saya sudah menerima gaji sebesar 91 dan, lima dou beras pada suatu kedudukan sebelum saya akan dipromosikan ke kedudukan selanjutnya. Pada saat saya sudah menerima 70 dou beras, atasan saya, Tuan Tu, merekomendasikan saya untuk dipromosikan. Dan saya sudah mulai mengira bahwa ramalan Tuan Kong akan meleset. Tetapi ternyata ramalan itu benar, rekomendasi tersebut diterima oleh Tuan Yang, yaitu atasan Tuan Tu. Selanjutnya saya tidak dipromosikan hingga beberapa tahun kemudian. Saat saya menghitung seluruh jumlah beras yang telah saya terima, ternyata tepat berjumlah 91 dan dan lima dou.

                Mulai saat itu saya yakin bahwa baik promosi maupun kemakmuran mempunyai saatnya masing-masing, termasuk kehidupan dan kematian. Semuanya sudah dipastikan. Saya menjadi lebih tenang dalam hasrat untuk memiliki apa pun. Tahun tersebut, sesudah mendapatkan promosi, saya dikirim ke Ibukota Utara selama satu tahun. Di situ saya menjadi tertarik pada meditasi dan kehilangan hasrat untuk belajar.

 

 

Karma Dibentuk oleh Diri Sendiri,

Semuanya Tumbuh dari Hati

 

                Pada akhir tahun tersebut saya harus mulai belajar pada sekolah tinggi kerajaan di Ibukota Selatan. Saat saya kembali ke Nanjing, suatu hari saya mengunjungi Yun Gu-hui, seorang bhiksu Zen dari gunung Chi-sha. Kami duduk saling berhadapan selama tiga hari tiga malam tanpa merasa mengantuk.

                Bhiksu Yun berkata, “Orang yang biasa tidak berhasil mencapai kebijaksanaan dan kesucian disebabkan oleh banyaknya pikiran yang mengganggu dan juga terlalu banyaknya keinginan. Selalu ada penyebab dari ketidakberhasilannya.”

                Saya menjawab, “Tuan Kong telah meramalkan hidup saya, baik untuk promosi jabatan, kehidupan maupun kematian, seluruhnya sudah diatur sehingga tidak ada yang perlu dipikirkan, dan keinginan atas sesuatu juga merupakan kesia-siaan.”

                Yun menjawab, ”Orang yang biasa dikendalikan oleh energi Yin dan Yang, sehingga orang yang biasa tersebut masihlah di dalam kuasa dan takdir. Tetapi untuk orang yang sudah berbuat kebaikan yang luar biasa, nasib tidak lagi dapat mengendalikannya. Sama saja jika seseorang melakukan sesuatu yang sangat buruk, takdir juga sudah tidak mengendalikannya. Selama 20 tahun terakhir anda sudah dibatasi oleh ramalan dari Tuan Kong, sehingga anda tidak mampu mengubah takdirmu barang sedikit pun. Anda masih juga merupakan orang awam yang biasa. Padahal saya mengira bahwa anda mestinya dapat menjadi seorang yang penuh dengan kebijaksanaan dan mencapai kesempurnaan.”

                Kemudian saya bertanya kepadanya, “Apakah benar bahwa nasib dapat diubah dan orang dapat melepaskan diri dari nasibnya?”

                Yun berkata, “Nasib diciptakan oleh diri sendiri, bentuk kita diciptakan oleh hati kita, pikiran kita. Nasib baik dan buruk juga ditentukan oleh diri sendiri. Demikian dikatakan dalam semua buku-buku lama yang mengajarkan tentang kebijaksanaan. Dalam Sutra tertulis bahwa jika anda berdoa untuk mendapatkan kemakmuran dan ketenaran, mempunyai seorang putra atau putri atau untuk umur yang panjang, anda akan mendapatkannya. Ini bukanlah kebohongan, karena berkata yang tidak benar merupakan suatu karma buruk dalam ajaran Buddha. Karena tercatat dalam kitab suci, itu pastilah benar.”

                Saya kemudian menjawab, “ Mencius telah mengungkapkan bahwa setiap orang hanya boleh mengharapkan sesuatu yang dalam batas kendalinya, dengan kata lain, kebajikan, keramahan, ketulusan adalah hal-hal yang dapat dibina. Tetapi, jika berbicara tentang kemakmuran, ketenaran, kedudukan, bagaimana hal tersebut dapat dicari ataupun diminta?”

                Yun menjawab, “Mencius benar, tetapi anda belum memahami inti ajarannya. Patriarch Zen yang keenam, Hui- Neng, telah berkata bahwa semua ladang kebajikan tidak melebihi satu inchi persegi yang kecil. Pencarian harus dilakukan ke dalam, ke dalam hati kita, dengan cara demikian akan dapat menyatu dengan segalanya. Yang di luar hanyalah merupakan refleksi daripada yang di dalam. Jika kita mencari ke dalam hati, dalam mempraktekkan berbagai jalan kebajikan, dengan sendirinya penghormatan dari orang lain akan didapat. Demikian juga dengan kedudukan dan kemakmuran. Jika kita tidak mampu melihat ke dalam dan tidak mengendalikan pikiran sendiri, tetapi hanya mencari bentuk luar, maka walaupun perencanaan dilakukan dengan baik, sasaran tetap tidak akan dapat dicapai.”

 

 

Malapetaka dari Alam Masih Dapat Dihindari,

Kesalahan Diri Sendiri Tidak Akan Terelakkan

 

                Bhiksu Yun melanjutkan bertanya, “Apa yang dikatakan Tuan Kong mengenai takdirmu?” Saya pun lalu menceritakan secara rinci. Yun kemudian bertanya, “Menurut anda apa yang sepantasnya anda terima? Jabatan pemerintah? Apakah anda percaya bahwa anda berhak atas seorang putra?”

                Saya merenungkan pertanyaan ini untuk waktu yang lama, dan kemudian berkata, “Semua yang mendapatkan Jabatan pemerintah mempunyai tampang yang bernasib baik, sedangkan saya tidak memilikinya. Saya juga tidak mengumpulkan pahala untuk membangun takdirku. Saya sangat tidak sabaran, tidak toleran, tidak disiplin, dan berbicara tanpa kendali. Saya juga mempunyai keangkuhan dan egoisme yang kuat. Semua ini menunjukkan ketiadaan kebajikan. Dalam keadaan demikian bagaimana mungkin saya mendapatkan jabatan pemerintah?”

                Saya kemudian melanjutkan, “Ada pepatah tua yang mengatakan bahwa kehidupan bersemi dari kotoran di bumi, dan air yang bersih tidak akan mempunyai ikan. Saya demikian mementingkan kebersihan, itulah alasan pertama mengapa saya tidak mempunyai putra. Penyebab kedua adalah karena cinta kasih adalah inti dari semua kehidupan. Saya demikian mudah marah dan tidak mempunyai keramahan. Saya terlalu mementingkan reputasi dan tidak dapat melupakan kesombongan diri dalam menolong orang dalam kesulitan. Saya tidak pernah merasa kasihan terhadap orang lain. Saya juga cenderung berbicara berlebihan yang akhirnya hanya merusak citraku. Saya berangkat tidur sangat malam sehingga saya tidak dapat menjaga diri sendiri. Inilah sebabnya mengapa saya tidak mempunyai putra.”

                Bhiksu Yun kemudian berkata, “Jadi, anda berpendapat bahwa banyak hal termasuk ketenaran dan seorang putra, tidak dapat dipastikan akan diperoleh dalam kehidupan. Di dunia, ada orang yang sedemikian kaya sedangkan yang lainnya mati kelaparan. Hal yang demikian kontras terjadi hanyalah sebagai akibat dari perbuatan kita sendiri. Setiap orang menciptakan takdirnya masing-masing, sedangkan Tuhan hanya memberikan sesuai dengan apa yang kita tabur.”

                Bhiksu Yun melanjutkan, “Hal yang sama terjadi dengan memiliki putra. Jika pahala yang dikumpulkan sudah cukup untuk seratus kali kehidupan, maka kita akan memiliki keturunan sebanyak seratus generasi. Orang yang mengumpulkan pahala untuk sepuluh generasi akan memiliki sepuluh generasi keturunan untuk melindungi kebajikannya. Dan yang tidak mempunyai keturunan adalah mereka yang belum mengumpulkan cukup kebajikan.

                Dengan memahami penyebab timbulnya takdir ini, maka kita akan mengubah penyebab dari tidak didapatkannya jabatan pemerintah dan tidak dimilikinya putra; berubah dari kekikiran menjadi pemurah; dari tidak toleran menjadi memahami; dari keangkuhan menjadi kerendahan hati; dari kemalasan menjadi rajin; dari kekejaman menjadi welas asih; dari keculasan menjadi ketulusan, dengan cara demikian kebajikan akan ditumbuhkan. Dengan mencintai diri sendiri dan tidak menyia-nyiakannya, membiarkan yang lalu berlalu dan memulai suatu hidup yang baru.

                Siapa saja yang memahami dan kemudian berbuat sesuai dengan hukum penyebab timbulnya takdir ini akan dapat menciptakan apa saja yang sesuai dengan yang diinginkannya. Inilah yang dimaksud dengan didapatkannya kehidupan yang kedua. Jika tubuh kasar sudah dikuasai oleh hukum alam ini, maka jiwa kita menjadi menyatu dengan kehendak Tuhan. Seperti yang tertulis dalam buku Tai Ja, orang dapat meloloskan diri dari kehendak Tuhan, tetapi tidak dari perbuatan buruknya. Tuan Kong telah memperhitungkan bahwa anda tidak akan mendapatkan jabatan/kedudukan dari pemerintah dan juga tidak mempunyai putra. Itulah takdir dari perbuatan masa lalumu, tetapi jika anda memulai cara-cara baru dan mulai melakukan kebajikan, maka anda akan dapat mengubah takdirmu.

                I Ching ditulis untuk membantu orang menghindari bahaya dan mengundang nasib baik. Jika segala-galanya sudah dipastikan terlebih dahulu, maka tidak akan ada gunanya bagi kita untuk menghindari bahaya dan memperbaiki keberuntungan. Dua bagian awal dari bab pertama I Ching saja sudah ditulis bahwa keluarga yang berbuat kebaikan akan menikmati nasib yang baik.”

 

 

Membina Diri Memperbaiki Karma

Menjalankan Kebajikan Memohon Keabadian

 

                Setelah merenungkan kata-kata Bhiksu Yun, saya tersadar dan memahami prinsip tentang takdir. Mulai saat itu, saya bertobat di depan Yang Mahakuasa atas semua perbuatanku yang salah di masa lalu. Secara tertulis, saya menuangkan keinginanku untuk lulus dalam ujian agar mendapatkan jabatan dari pemerintah, dan saya beriklar untuk melaksanakan 3000 kebajikan sebagai tanda syukur atas terlaksananya harapanku.

                Bhiksu Yun juga mengajari saya agar mencatat kebajikan dan kesalahan yang saya perbuat, karena sering terjadi kebajikan yang telah dilakukan akan ditiadakan oleh kesalahan-kesalahan. Untuk membantu pencapaian atas harapan yang diinginkan, Bhiksu Yun juga mengajarkan mantra/doa yang harus dipergunakan dalam ketenangan/keheningan pikiran untuk membantu pencapaian atas apa yang diinginkan.

                Mencius menyatakan bahwa nilai sebuah kehidupan yang panjang maupun yang pendek adalah tidak berbeda, secara sepintas, keduanya terlihat berbeda, tetapi tanpa jiwa yang berbeda keduanya sebenarnya adalah sama.

                Lebih jauh lagi, jika seseorang hidup dengan cara yang benar tanpa mempedulikan apakah hasilnya akan menjadi baik maupun buruk, maka orang tersebut telah menguasai takdir akan kemakmuran dan kemelaratan.

                Jika orang tersebut hidup tanpa dipengaruhi posisi dalam kehidupan, maka ia pun sudah menguasai takdir akan status yang tinggi dan rendah.

                Untuk memperbaiki nasib, kita perlu terlebih dahulu memperbaiki semua kebiasaan yang buruk dan pola pikir yang jelek. Begitu suatu pikiran yang jelek muncul, saat itu juga singkirkan ia sampai ke akar-akarnya. Untuk mampu mengendalikan pikiran saja sudah merupakan suatu pencapaian yang baik. Adalah tidak mungkin untuk tidak memiliki pemikiran sama sekali, tetapi jika kita menjiwai mantra tersebut hingga pada tingkat dimana walaupun tidak sedang mengucapkan tetapi tanpa disadari tetap mengulanginya. Maka mukjijat dari mantra tersebut akan terwujud.

                Nama tengah saya tadinya mempunyai arti “lautan pelajaran”, tetapi mulai hari itu berubah menjadi “Liao Fan” yang berarti “meloncati kefanaan”. Ini menunjukkan sadarnya saya akan terciptanya takdir oleh diri sendiri. Saya tidak akan lagi terjatuh ke dalam jeratan pemikiran fana.

 

 

Takdir Tidak Berlaku Selamanya

Membina Diri akan Mengubahnya

 

                Saya mengubah keseluruhan cara hidup saya. Pada masa lalu, saya sama sekali tidak disiplin, pemikiran saya tidak terkendali, tetapi saat itu saya memperhatikan semua yang saya pikir dan ucapkan, sekalipun saat saya sedang sendirian dalam kegelapan. Saat orang memaki dan memfitnah saya, saya tidak marah dan mengabaikannya.

                Tahun selanjutnya, saya mengikuti ujian pemerintahan pendahuluan. Tuan Kong meramalkan bahwa saya akan berada pada posisi ketiga, tetapi ternyata saya berada pada posisi pertama. Ramalan Tuan Kong mulai kehilangan ketepatannya, dan selanjutnya saya lulus dalam ujian pemerintahan pada musim gugur tersebut, yang tidak pernah diperkirakan dalam ramalan.

                Saat saya introspeksi, saya menyadari bahwa cara hidup saya belum sepenuhnya memuaskan. Misalnya, saat berbuat baik saya tidak melakukannya dengan total, saat menolong orang, saya masih dihinggapi keraguan atau walaupun melakukan kebaikan, tetapi saya tidak selalu mengatakan yang benar. Saya dapat mengendalikan diri sepenuhnya saat sadar, tetapi menjadi hilang kendali karena mabuk. Kebaikan dan keburukan selalu saling meniadakan. Menyadari hal ini, saya mengubahnya.

                Sejak waktu membuat ikrar, saya menyelesaikan ketiga ribu kebaikan saya dalam sepuluh tahun. Sesudahnya, saya pulang ke rumah saya yang lama dan pergi ke vihara untuk sembahyang dan mempersembahkan pahala yang sudah saya perbuat. Kemudian saya melakukan permintaan yang kedua yaitu seorang putra. Saya juga berikrar untuk memenuhi tiga ribu kebaikan yang lain. Pada tahun Sen-Ze, saya mendapatkan seorang putra, yaitu anda (Tian-Chi). Setiap melakukan kebaikan, saya mencatatnya pada sebuah buku. Ibumu (istri Liao Fan), yang tidak bisa membaca, membuat sebuah lingkaran saat dia melakukan kebaikan. Misalnya, kami memberi makan kepada orang miskin atau membantu orang lain yang dalam kesulitan atau melepaskan makhluk hidup. Kadang-kadang, dia dapat mengumpulkan lebih dari sepuluh lingkaran dalam sehari. Sehingga, hanya dalam waktu dua tahun, kami sudah menyelesaikan tiga ribu kebaikan dan sekali lagi kami kembali ke vihara untuk bersembahyang dan mempersembahkan pahala yang sudah terkumpul. Kemudian saya mengajukan kehendak yang lain yaitu lulus pada ujian pemerintah tahap berikutnya, dan berikrar akan melaksanakan sepuluh ribu kebaikan. Sesudah tiga tahun, pada tahun 1586 saya lulus pada ujian pemerintahan yang saya kehendaki dan diangkat menjadi mayor pada negara bagian Bao Di.

                Mulai saat itu saya menyimpan buku yang mencatat kebaikan dan kesalahan pada meja kerja saya. Saya juga mengatakan kepada staf saya untuk membuat catatan yang sama. Setiap sore, saya introspeksi diri dan melaporkan semua perbuatanku kepada Yang Mahakuasa. Istri saya melihat bahwa saya belum juga berbuat cukup banyak kebaikan dan menjadi sangat gelisah. Dia mengatakan saat kami tinggal di rumah, banyak kesempatan untuk melakukan kebaikan. Dan sekarang, sesudah pindah ke rumah dinas, kesempatannya menjadi berkurang. Bagaimana mungkin kami memenuhi ikrar kami untuk melakukan sepuluh ribu kebaikan? Suatu malam, dalam mimpi saya melihat ada dewa yang datang dan mengatakan kepada saya, “Jika kamu mengurangi pajak untuk sawah, maka sebuah perbuatan itu saja sudah akan berharga sepuluh ribu kebaikan.” Memang di negara bagian Bao-di, pajak untuk sawah sangat tinggi sekali. Saya memutuskan untuk mengurangi pajak tersebut menjadi setengahnya, tetapi tetap saja saya ragu-ragu. Bagaimana mungkin satu perbuatan akan bernilai sepuluh ribu kebaikan? Bertepatan pada saat itu ada seorang bhiksu yang sedang berkelana, dan saya bertanya kepadanya tentang kebenaran mimpi saya. Dia berkata bahwa asalkan perbuatan baik dilakukan dengan hati yang setulusnya, satu itu akan dihitung sebagai sepuluh ribu kebaikan. Jika pajak dikurangi untuk seluruh negara bagian, maka paling sedikit sepuluh ribu orang akan diuntungkan dengan pengurangan tersebut. Tentu saja perbuatan tersebut menjadi bernilai sepuluh ribu kebaikan. Setelah memahami penjelasannya, sebagai tanda terima kasih, saya mendermakan gaji bulanan saya untuk dia bawa pulang dan didermakan untuk sepuluh ribu pendeta.

                Tuan Kong meramalkan bahwa saya akan meninggal pada usia lima puluh tiga tahun. Saya tidak pernah meminta umur panjang. Tetapi ternyata saat sampai pada usia lima puluh tiga tahun, saya tetap dalam keadaan yang baik. Sekarang saya berusia enam puluh sembilan. Mulai saat itu juga, jika seseorang mengatakan bahwa nasib adalah di tangan Tuhan, saya menganggapnya sebagai orang awam yang belum betul-betul memahami kehidupan. Jika orang tersebut mengatakan bahwa keberuntungan adalah apa yang diciptakan dan dilaksanakan mulai dari dalam hati sendiri, maka orang tersebut saya anggap sebagai orang yang bijaksana.

 

 

Satu-satunya Nasehat:

Jalani Kehidupan Membina Diri

 

                Sebagai kesimpulan, walaupun tidak mengetahui takdirnya sendiri, pada saat berhasil orang harus berendah hati dan walaupun semuanya sudah terjadi seperti apa yang diharapkan, kita harus tetap berlaku seolah tidak memiliki apa-apa. Saat kaya, kita tetap berlaku seperti saat miskin. Walaupun mendapatkan cinta, kehormatan, dan dukungan dari orang lain, kita tidak boleh menjadi angkuh. Jika kita berasal dari keluarga yang terkemuka, kita tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri. Walaupun mempunyai banyak pengetahuan, kita harus tetap menghormati orang lain dan berkonsultasi kepada orang lain jika memang diperlukan. Kita harus selalu menolong dan toleran terhadap orang lain, tetapi bersikap keras kepada diri sendiri. Kita harus tanpa ragu-ragu berintrospeksi diri setiap hari dan mengubah apa saja yang belum sempurna.

 

 

Pelajaran Kedua : Cara untuk Bertobat

 

Pertobatan Dimulai dari Tekad di dalam Hati

Tiga Pokok dalam Pertobatan

 

                Selama periode semi-gugur, pada saat Dinasti Zhou (800-400 SM), banyak orang terkenal yang dapat meramalkan masa depan seseorang hanya dengan memperhatikan kata-kata dan tingkah laku orang tersebut. Seperti yang tercatat dalam sejarah, mereka sangat akurat.  Umumnya masa depan seseorang, baik maupun buruk, dimulai dengan keadaan hati (pikiran), yang kemudian ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku. Jika kelihatannya ramah dan tulus dan tingkah lakunya baik, maka akan menerima masa depan yang luar biasa. Tetapi orang yang kasar dan berbuat tanpa mempertimbangkan orang lain, biasanya mengundang masalah. Jadi tidak ada misteri dalam hal ini. Hati kita dihubungkan dengan surga. Jika seseorang sudah diambang masalah, hal tersebut dapat juga dilihat dari perbuatannya yang tidak wajar. Jika ingin mempunyai nasib yang baik dan bukan banyak masalah, hal pertama yang harus dilakukan adalah bertobat. Kemudian banyak-banyak berbuat baik.

                Ada tiga cara untuk bertobat. Yang pertama adalah dengan kesadaran dan rasa malu. Jika kita merenungkan kembali tentang orang-orang suci pada zaman dahulu, mereka adalah manusia juga, tetapi ajaran mereka tetap terjaga selama ribuan tahun. Sementara kita hanya terlibat dalam kesenangan, ketenaran, dan kekayaan, dan tidak mempunyai disiplin dalam tingkah laku. Kita melakukan hal-hal yang memalukan di belakang orang lain, berpikir bahwa tidak akan ada orang yang melihatnya. Secara perlahan-lahan, menjadi binatang yang mengenakan baju manusia. Tingkah laku ini sungguh memalukan.

                Mencius pernah berkata bahwa kesadaran dan rasa malu adalah kunci untuk mencapai kesempurnaan. Jika tidak mempunyai kesadaran dan rasa malu, maka orang tersebut hanya seperti binatang, sehingga langkah pertama untuk bertobat adalah dimulai dengan kesadaran dan itulah yang membedakan manusia dari binatang.

                Yang kedua adalah dengan mempunyai rasa hormat. Ini meliputi rasa hormat terhadap semua yang di surga dan alam kehidupan yang lain. Kita tidak dapat menipu mereka. Jika kita berbuat kesalahan yang kecil sekalipun, semua makhluk di surga dan alam kehidupan yang lain akan mengetahuinya, dan jika kita berbuat kesalahan yang besar, surga pasti akan memberikan hukumannya. Walaupun kita berada dalam kamar yang gelap sekalipun, setiap pemikiran kita diketahui oleh surga. Walaupun kita mencobanya untuk menyembunyikan, tetapi akan sia-sia karena jiwa manusia berkomunikasi dengan penciptanya. Selama masih bernafas, kita masih dapat bertobat, dalam kesalahan yang seberat apa pun, banyak sekali catatan tentang orang-orang yang seumur hidupnya selalu berbuat jahat, tetapi menjelang kematiannya, mereka tiba-tiba tersadar dan bertobat dan akhirnya meninggal dengan damai. Hyang Buddha pernah berkata, “Begitu anda menurunkan pisau jagalmu, anda dapat menjadi Buddha.” Jadi, tidak peduli berapa pun jumlah kesalahan, besar maupun kecil, yang paling penting adalah berubah dan bertobat.

                Yang ketiga adalah dengan memiliki keberanian dan determinasi. Sering seseorang tidak mampu untuk berubah, karena tidak cukup mempunyai keberanian dan determinasi untuk menghentikan tingkah laku yang salah dan memperbaiki kesalahan. Kita harus menganggap sebuah kesalahan kecil sekalipun seperti sejenis bambu yang menusuk ke dalam kulit dan daging yang perlu untuk segera dikeluarkan. Dan jika merupakan kesalahan yang besar, haruslah dianggap sebagai gigitan oleh ular berbisa, sehingga jari pun harus segera dipotong tanpa keragu-raguan. Jika dapat mengikuti ketiga cara ini, maka pertobatan akan menjadi mudah seperti es yang mencair pada musim semi.

 

 

Tiga Tahap dalam Pertobatan

 

                Pertobatan terdiri dari tiga tahap. Yang pertama adalah mengubah tingkah laku; yang kedua adalah mengubah kesadaran melalui pemahaman mental, dan yang ketiga adalah perubahan dari dalam hati. Masing-masing tahap dilakukan secara berbeda, dengan tingkat keberhasilan yang berbeda pula.

                Suatu contoh tentang yang pertama adalah misalnya jika telah melakukan pembunuhan dahulu, kemudian bertekad untuk tidak melakukannya lagi. Atau mempunyai kemarahan yang sangat luar biasa sebelumnya, bertekad untuk dengan tenang mengendalikan pikiran. Ini adalah perubahan tingkah laku, tetapi jika hanya hal ini yang dilakukan maka akan dirasakan sebagai cara yang sangat menyesakkan, sehingga tingkat pertobatan yang sebenarnya sulit dicapai.

                Cara yang lebih baik dalam bertobat adalah dengan kesadaran dari tingkat pemahaman. Sebagai contoh, untuk mengubah kebiasaan membunuh (hewan), dilakukan dengan menanamkan kesadaran bahwa seluruh makhluk hidup mempunyai nilai. Bertanyalah kepada diri sendiri, apakah setelah membunuh hewan dan menjadikannya sebagai makanan sendiri masih akan memungkinkan kita hidup dalam kedamaian? Bayangkanlah sakit karena air mendidih dan minyak panas yang menusuk hingga ke tulang dan sumsum. Rahasia kesehatan adalah pada keseimbangan energi di dalam tubuh dan bukan sekedar tergantung kepada apa yang kita makan. Pahamilah bahwa gizi yang dibutuhkan sudah dapat dipenuhi dari sayur-sayuran. Lalu, mengapa masih membiarkan perut sendiri menjadi kuburan dan mengurangi kebajikan yang susah dilakukan? Lebih jauh lagi, dengan menyadari bahwa semua yang dari daging dan darah adalah mempunyai kesadaran, maka kenyataan bahwa kita tidak dapat membiarkan mereka untuk bermain di sekitar kita, sama seperti seorang anak kecil yang sedang bermain saja, sudah cukup memalukan. Bagaimana kita dapat berbuat sedemikian jauh menyakiti mereka sehingga mereka mendendam kepada kita? Jika kita mempunyai kesadaran seperti ini, maka kita tidak akan rela membunuh mereka untuk makanan kita.

                Untuk mengubah temperamen juga dilakukan dengan cara yang sama. Pahamilah bahwa setiap orang adalah berbeda, setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga kita harus mempunyai sifat toleransi. Jika ada orang yang tidak berbuat sesuai dengan harapan kita atau jika mereka melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum, maka itu adalah kesalahan mereka. Tidak ada hubungannya dengan kita, lalu mengapa kita perlu marah. Jika sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan pemikiran kita, biasanya karena kita tidak cukup mengumpulkan kebaikan. Jika kita dapat berpikir seperti ini, saat kita dirugikan sekalipun, itu hanya akan seperti apa yang membakar tempat kosong. Akan padam dengan sendirinya. Apabila kita mendengar fitnahan terhadap diri sendiri dan kemudian berusaha untuk mempertahankan diri, maka kita akan menjadi seperti ulat sutra yang sedang membuat sarangnya, kita akan mengisolasi diri. Dalam situasi apa pun, membunuh dan marah adalah tindakan yang merugikan. Banyak lagi kesalahan lain yang dapat diubah dengan cara yang sama. Jika kita memahami alasan di belakang pertobatan kita, maka kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi.

                Ada demikian banyak jenis kesalahan, tetapi jika dipelajari, semuanya adalah berasal dari hati (pikiran). Jika hati tidak menghasilkan pemikiran yang berakar pada keegoan, maka tidak akan ada kesalahan yang muncul dari keserakahan. Dan jika hati kita cenderung untuk menjadi ramah, secara alami kita tidak akan mempunyai pikiran yang buruk. Ini adalah cara yang paling mendasar untuk bertobat, yaitu dari dalam hati. Seluruh kesalahan berawal dari hati, pikiran, dan jika kita ingin secara menyeluruh memusnahkan penyebab dari kesalahan, haruslah sama seperti menggali akar pohon untuk dapat merubuhkan sebuah pohon beracun.

                Jika untuk mengubah dari tingkat hati, kita harus mempunyai kesadaran terhadap semua pemikiran. Begitu suatu pemikiran yang negatif muncul, harus segera diawasi dan dihilangkan. Ini adalah cara yang terbaik. Jika belum dapat melakukan pada tingkat ini, maka lakukanlah pada tingkat pemahaman, lakukanlah dari tingkatan tingkah laku. Tetapi cara yang paling menyeluruh adalah menyatukan pengawasan terhadap pikiran dengan pemahaman.

                Untuk mereka yang mempunyai determinasi untuk mengubah diri adalah sangat baik, jika mempunyai teman atau saudara yang senantiasa mengingatkan mereka atau memohon para suci sebagai saksi dan secara tulus bertobat pagi maupun malam hari tanpa mengenal lelah. Sesudah beberapa saat, hasilnya akan segera terasa, kita merasakan semakin damai dan kebijaksanaan pun mulai muncul.

                Setelah beberapa waktu, kita akan melihat beberapa tanda berikut: Walaupun dalam suasana yang mengganggu, kita tidak merasa kecewa. Jika melihat seorang musuh daripada menjadi marah, malah kita merasa senang. Kita bermimpi meludahkan keluar barang-barang berwarna hitam dan para suci yang datang memberi selamat kepada kita atau bermimpi melayang di udara. Walaupun semua ini adalah kejadian yang tidak biasa, ini hanyalah pertanda bahwa kita telah bertobat atas kesalahan di masa lalu, dan kita sudah membuat beberapa perubahan. Tetapi ini bukanlah saatnya untuk berpuas diri.

                Pada umumnya orang mempunyai kesalahan sebanyak duri kecil pada landak. Jika kita sudah berintrospeksi tetapi tidak dapat melihat suatu kesalahan pun, itu adalah disebabkan pikiran kita masih terlalu kasar, sehingga tidak dapat melihat kesalahan sendiri. Orang-orang yang sudah berbuat banyak kejahatan biasanya menunjukkan beberapa gejala. Pikirannya kalut, pelupa, menggelisahkan sesuatu yang tidak perlu, dan merasa sangat malu saat bertemu dengan orang jujur dan bijaksana, merasa tidak senang jika mendengar ucapan yang sebenarnya. Kadang-kadang jika menerima pemberian, mereka tidak merasa senang, malah sebaliknya menjadi kecewa dan marah. Mimpi mereka selalu sangat buruk. Mereka selalu mengeluh dari waktu ke waktu. Ini adalah gejala dari orang-orang yang sudah berbuat banyak kejahatan. Jika gejala ini terjadi pada diri kita, segeralah bertobat.

 

 

 

Pelajaran Ketiga : Cara-cara untuk Mengumpulkan Pahala

 

Keluarga yang Hidup dalam Kebajikan,

Menghasilkan Keturunan yang Baik

 

                Dahulu ada seorang wanita bernama Yen. Sebelum dia setuju untuk menikahkan puterinya dengan seorang pria yang kelak menjadi ayah dari Confucius, dia hanya mensyaratkan bahwa leluhur si pria telah mengumpulkan banyak pahala dan berbuat kebajikan, tanpa mempedulikan apakah si pria cukup kaya. Dia yakin bahwa jika leluhur mengumpulkan banyak pahala, pasti keturunannya akan sangat baik.

                Confucius (551-479 SM) juga memuji Sun (salah seorang kaisar pertama Cina) atas kesalehannya. Untuk itu, Sun terkenal selama ribuan tahun dan keturunannya terkemuka selama sangat banyak generasi.

                Saya akan memberikan contoh yang lain. Di propinsi Fujian, ada seorang yang terkemuka, namanya Yang Rong, yang berkedudukan sebagai instruktur kerajaan. Leluhurnya adalah seorang perahu yang kehidupannya didapat dari membantu orang-orang menyeberang sungai. Setiap kali terjadi badai dan banjir, air akan menghancurkan rumah-rumah. Seringkali manusia, binatang maupun barang-barang dihanyutkan melalui sungai. Saat perahu lain berlomba mengumpulkan barang-barang, hanya buyut dan kakeknya yang terus-menerus menolong orang, mereka tidak akan mengambil barang-barang yang hanyut. Orang-orang kampung menganggap mereka sungguh bodoh. Sesudah ayah Yang Rong dilahirkan, keluarga Yang menjadi sangat kaya. Suatu hari seorang pendeta Tao mendatangi keluarga Yang dan berkata, “Leluhur anda telah mengumpulkan banyak pahala, keturunan mereka pasti akan menikmati kekayaan dan kemasyuran. Saya mengetahui suatu tempat yang sangat baik untuk tempat kuburan leluhur.” Keluarga Yang Rong mengikuti saran yang telah diberikan dan kemudian Yang Rong dilahirkan, dia lulus ujian pemerintahan dalam usia muda dan mendapatkan penunjukan. Kaisar malah juga memberikan penghargaan kepada kakek dan buyut Yang Rong. Keturunan mereka masih termasyur hingga saat ini.

 

 

Memberi adalah Lebih Baik dari Menerima

 

Contoh yang lain adalah Yang Zi-cheng, berasal dari negara bagian Jin dan merupakan staf dalam pengadilan negara. Dia merupakan orang yang berwelas-asih. Suatu ketika saat hakim sedang menghukum seorang terdakwa, walaupun telah memukulnya hingga berdarah, si hakim tetap masih sangat marah. Yang memohon agar hakim menghentikan hukuman si terdakwa.

Si hakim bertanya, “Orang ini telah melanggar hukum, bagaimana saya tidak marah?” Yang berkata, “Saat penguasa tidak mengikuti Tao, maka orang-orang yang lain pun tidak akan mengikuti Tao pula, sehingga mereka mengabaikan hukum. Jadi dalam kasus ini, kita perlu memberi lebih pengertian.” Si hakim kemudian menghentikan hukumannya.

Yang berasal dari keluarga yang sangat miskin, tetapi dia tidak mau menerima suap. Jika terhukum dalam penjara kekurangan makanan, dia selalu membawakan makanan dari rumahnya sendiri, walaupun itu berarti dia akan kelaparan nantinya. Perbuatan mengasihi seperti ini tidak akan pernah berkurang. Dia mempunyai dua orang putra – si sulung bernama Shou-cheng, dan yang kedua bernama Shou-zhi, dan mereka berdua menjadi sangat terkenal, dan memegang kedudukan penting. Keturunan-keturunan mereka juga sangat terkenal untuk waktu yang lama.

 

 

 

 

 

 

Melindungi Kehidupan

Mendapat Pembalasan yang Berlimpah

 

                Cerita yang lain berasal dari masa dinasti Ming. Di propinsi Fujian ada banyak gerombolan penjahat sehingga tentara kerajaan turun tangan untuk membasminya. Hsieh ditunjuk untuk melaksanakannya. Hsieh terlebih dahulu memastikan bahwa orang yang tidak bersalah tidak ikut terbunuh, dia mencari suatu daftar bandit-bandit yang terlibat dan secara diam-diam memberi bendera putih kepada mereka yang tidak berdosa. Bendera akan dipasang pada pintu rumah mereka yang tidak berdosa, sehingga dengan demikian tentara kerajaan tidak akan salah membunuh. Karena cara kerja yang demikian baik, puluhan ribu orang terselamatkan, dan sebagai hasilnya banyak keturunan Hsieh yang menjadi sangat termasyur.

                Contoh yang lain adalah keluarga Ling. Di antara leluhur mereka ada seorang ibu yang sangat pemurah. Dia selalu membuatkan bola nasi untuk diberikan kepada orang miskin. Berapa pun yang diminta orang darinya akan diberikan. Ada seorang pendeta Tao yang setiap kali selalu meminta sampai enam-tujuh biji, dan selalu datang tiga kali sehari. Wanita itu selalu memenuhi permintaannya tanpa pernah menunjukkan ekspresi tidak senang. Pendeta Tao menyadari kesungguhan dari keramahan si wanita dan berkata, “Saya sudah makan bola nasi darimu selama tiga tahun tanpa pernah memberi balasan sebagai tanda terima kasihku, tetapi saya ingin memberitahu padamu bahwa di belakang rumahmu ada tempat yang baik untuk dipergunakan sebagai tempat kuburan leluhurmu. Jumlah keturunanmu yang mempunyai kedudukan di pemerintahan akan sama dengan jumlah butiran dalam satu pound wijen.” Demikianlah para generasi pertama setelah kuburan keluarga dibuat ada sembilan orang yang lulus ujian pemerintahan, demikian juga terjadi pada generasi-generasi selanjutnya.

                Orang terkenal lainnya adalah seorang ahli sejarah negara bermarga Feng. Suatu hari, dalam perjalanan ke sekolah, ayahnya melihat seorang pria yang hampir mati kedinginan pada hamparan salju. Dia segera membuka jubahnya dan memakaikannya pada si pria untuk selanjutnya membawanya pulang. Malam itu dia bermimpi dan diberitahu, “Saat anda membantu pria tersebut, anda melakukannya dengan sepenuh hati, dan saya akan mengirim jenderal terkenal dinasti Sung, Han-chi, untuk menjadi putramu. “Belakangan anak tersebut pun lahir dan diberi nama Chi.

 

 

Orang Hidup dalam Kebajikan,

Dihormati Semua Makhluk

 

                Cerita lain tentang orang terkenal adalah Ying, yang tinggal di Tai-zhou. Saat ia muda ia terbiasa belajar di pinggiran desa. Pada malam hari, ia sering mendengar suara arwah, tapi ia tidak pernah takut. Suatu hari ia mendengar ada arwah yang berkata, “Suami dari seorang wanita telah pergi untuk waktu yang lama dan belum kembali juga, mertua si wanita mengira bahwa putranya sudah meninggal dan mendesak menantunya untuk menikah lagi. Besok malam si wanita bermaksud untuk bunuh diri, segera dia akan menggantikan saya, sehingga saya dapat dilahirkan kembali.” Mendengar hal itu, tuan Ying segera menjual sebidang tanahnya dan laku seharga empat lian (suatu satuan berat) perak. Ia menulis sepucuk surat atas nama suami si wanita dan mengirimkan peraknya ke rumah si wanita. Si ibu menyadari bahwa tulisan pada surat itu bukan tulisan putranya, tetapi perak di dalamnya tidak mungkin palsu. Buat apa seseorang ingin mengirimiku perak ini? Mungkin putraku memang masih hidup dan saya sebaiknya tidak mendesak menantuku untuk menikah lagi.” Dan selanjutnya putranya betul-betul pulang.

                Kemudian Tuan Ying mendengar arwah berkata, “Seharusnya saya dapat dilahirkan kembali, tetapi Tuan Ying ikut campur?” Arwah yang lain berkata, “Tidak, karena kebaikannya, dia akan menjadi sangat terkenal. Bagaimana mungkin saya dapat menyakitinya?” Tuan Ying selanjutnya tetap banyak berbuat kebajikan. Setiap ada yang dalam keadaan kelaparan dia akan mengambil uangnya untuk membantu. Demikian dia lakukan terhadap semua orang yang dalam kesulitan. Dan setiap kali terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan harapannya, dia segera mencari kekurangan di dalam dirinya daripada mengeluhkan hal-hal di luar dirinya. Sampai sekarang pun keturunannya masih sangat terkenal.

                Ada orang lain, Tuan Hsu, yang mempunyai ayah yang sangat kaya. Kapan saja terjadi kelaparan dia selalu menyumbangkan makanan dalam jumlah banyak. Suatu hari dia mendengar ada arwah yang berkata, “Tidak bohong, akan ada seseorang dari keluarga Hsu yang lulus ujian pemerintahan.” Hal ini berlangsung selama beberapa hari. Dan benar saja, tahun itu Hsu lulus dalam ujian pemerintahan. Mulai saat itu, ayahnya lebih rajin lagi berbuat kebajikan, baik itu dalam bentuk pembangunan jembatan atau perlindungan terhadap pengelana dan rahib. Kemudian dia mendengar arwah berkata lagi, “Betul-betul, keluarga Hsu akan ada yang lulus ujian yang lebih tinggi lagi.” Dan benar saja terjadi, kemudian Hsu menjadi gubernur di dua propinsi.

 

 

Menjalankan Keadilan adalah

Sesuai dengan Kehendak yang Mahakuasa

 

                Orang yang lain bernama Tu. Ia bekerja di pengadilan dan selalu melewatkan malam hari di penjara untuk mengunjungi orang-orang hukuman. Jika ia bertemu dengan orang yang sebenarnya tidak bersalah, dia akan menulis laporan rahasia kepada hakim, sehingga pada saat persidangan, hakim akan dapat menyelesaikan masalahnya secara adil. Dengan cara demikian ia berhasil membebaskan sepuluh orang yang tidak bersalah. Kesepuluh orang itu sangat berterima kasih kepada Tuan Tu. Tuan Tu kemudian menulis surat kepada hakim negara, “Di seluruh kerajaan ada demikian banyak orang yang tidak bersalah yang dipenjarakan. Saya mengusulkan setiap lima tahun seorang agen khusus dikirim untuk memeriksa penjara-penjara agar orang yang tidak bersalah dapat dibebaskan.” Hakim negara setuju dan Tu dipilih menjadi salah satu agen pengurangan hukuman.

                Suatu malam dia bermimpi bahwa Tuhan di kejauhan berkata kepadanya, “Dalam kehidupanmu, sebenarnya anda ditakdirkan tidak akan mempunyai seorang putra, tetapi perbuatanmu dalam mengurangi hukuman orang yang tidak bersalah adalah sejalan dengan kehendak Surga, sehingga penguasa Surga akan menghadiahi kamu tiga orang putra. Mereka semuanya akan mencapai posisi yang tinggi.” Tidak lama kemudian, istrinya hamil dan melahirkan berturut-turut tiga orang putra yang semuanya menjadi orang yang sangat terkenal.

 

 

Menghormati Para Suci dan Melindungi Dharma

Membuat Anak Cucu Hidup dalam Kesejahteraan

 

                Orang yang lain, Bao-ping, merupakan putra ketujuh dari hakim Ci-yang yang menikah dengan keluarga Yuan. Dia adalah teman baik dari ayah saya. Dia sangat berbakat dan mempunyai pengetahuan yang luas. Suatu ketika saat berkeliling Tai-hu, yang merupakan danau terkenal di Cina, dia sampai ke suatu desa dan melihat suatu biara yang tidak terpelihara dan ada suatu patung Bodhisattva Kuan Yin yang basah di tengah hujan. Dia mengeluarkan semua uangnya, sejumlah sepuluh lian perak, dan memberikannya kepada biarawan sambil berkata, “Ini untuk memperbaiki biara.” Biarawan itu berkata, “Hal ini membutuhkan uang yang sangat banyak, kami takut tidak dapat memenuhi harapanmu.” Bao-ping kemudian mengeluarkan semua kain dan pakaiannya dan memberikannya ke si biarawan. Walaupun pelayannya telah berusaha menghalanginya dari berbuat hal ini. Dia berkata, “Tidak apa-apa. Asal patung tersebut tidak rusak, apa artinya tidak mempunyai pakaian.” Biarawan berkata, “Memberi uang dan pakaian adalah suatu hal yang mudah, tapi ketulusanmu tidak mudah tercapai.” Sesudah biara diperbaiki, dia datang bersama ayahnya dan menginap di biara. Dalam mimpinya Pelindung Dharma datang untuk berterima kasih kepadanya, “Anakmu akan menikmati kemasyuran.” Beberapa saat kemudian, putranya, Bing, dan cucunya bersamaan ditunjuk menduduki jabatan dalam pemerintahan.

 

 

Kebajikan yang Sebenarnya dan yang Palsu

 

                Tentang hal mengumpulkan pahala, dapat dilakukan penjabaran lebih lanjut. Ada kebaikan yang sebenarnya, dan kebaikan yang palsu; Ada kebaikan yang tegas dan kebaikan yang berbelit-belit; Ada kebaikan yang tersembunyi dan ada yang dapat terlihat; Ada perbuatan yang terlihat seperti kebaikan, tetapi sebenarnya bukan; Ada kebaikan yang setengah-setengah dan ada yang sepenuhnya; Ada kebaikan yang besar dan ada yang kecil; Ada pula yang sulit dan yang mudah.

                Setiap orang harus mendalami lebih lanjut tentang hal ini agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang dikira sebagai kebaikan tetapi ternyata mempunyai akibat yang sebaliknya. Kadang-kadang ada yang berkata, “Si Anu adalah seorang yang dermawan, tetapi keturunannya tidak juga sukses. Sebaliknya orang lain yang berbuat hal-hal yang tidak baik justru keluarga dan keturunannya menjadi demikian berhasil.” Orang yang berkata seperti itu tidak benar-benar mengerti apa yang merupakan kebaikan murni dan apa yang merupakan kejahatan. Jadi penilaian tidak dapat dilakukan dengan sekedar mengamati bentuk luar saja.

                Sebagai contoh adalah kebaikan yang sebenarnya atau yang palsu. Memukul dan memaki seseorang, dan mengambil kekayaan seseorang biasanya digolongkan kejahatan. Menghormati seseorang, bersikap sopan terhadap orang lain biasanya digolongkan sebagai kebaikan. Padahal perbuatan seperti ini tidak perlu digolongkan sebagai baik atau buruk, karena kita perlu mempelajari lebih lanjut untuk memahami motivasi di belakang perbuatan-perbuatan ini. Secara umum, jika suatu perbuatan menguntungkan banyak orang, memukul atau memaki dapat saja digolongkan sebagai kebaikan; Jika dilakukan untuk keuntungan pribadi, menghormati dan bersikap sopan terhadap orang lain tetap digolongkan sebagai perbuatan buruk. Semua perbuatan yang ditujukan untuk membantu/keuntungan banyak orang dapat digolongkan sebagai pahala. Apa yang keluar dari dalam hati adalah kebaikan yang sebenarnya; Apabila dilakukan hanya untuk diketahui orang lain, itu adalah kebaikan yang palsu. Jika ada yang melakukan berbagai tindakan berbudi tanpa mengharapkan sesuatu, itu adalah kebaikan murni; Jika dilakukan dengan pamrih tertentu, maka itu adalah kebaikan yang palsu.

 

 

Kebaikan yang Setulus Hati

dan yang Berpamrih

 

                Tentang kebaikan yang tegas dan yang berbelit-belit, biasanya, orang yang berhati-hati dan berpembawaan tenang dianggap sebagai baik, tetapi sebenarnya para suci melihat bahwa mereka yang selalu berterus-terang adalah benar-benar baik. Walaupun berhati-hati dan lemah-lembut, belum tentu orang tersebut mempunyai semangat dan cita-cita yang berbudi-luhur. Sebaliknya orang yang berpendirian teguh, berani, dan berterus-terang merupakan sikap-sikap yang selalu dipuji oleh para bijaksana. Dalam hal ini, penilaian surga adalah sama dengan penilaian para bijaksana dan berbeda dengan penilaian awam.

                Karenanya, kebajikan tidak dapat dilakukan dengan sekedar mengikuti pendapat banyak orang atau untuk menyenangkan orang lain. Ia harus muncul dari satu-satunya pemikiran untuk membantu dunia dan bukannya menyenangkan dunia. Keinginan yang sebenarnya untuk membantu orang lain adalah kebajikan yang tegas dan sebenarnya. Jika kebajikan hanya dilakukan atas dasar menyenangkan dunia atau bermain dengan dunia, maka itu menjadi kebajikan yang tidak jujur.

 

 

Kebajikan yang Tersembunyi

dan yang Terlihat

 

                Kebaikan juga dapat dibagi atas kebaikan yang tersembunyi dan yang terlihat. Jika seseorang melakukan kebaikan dan dipamerkan kepada orang lain, itu dikategorikan kebaikan yang terlihat. Jika kebaikan dilakukan tanpa keinginan untuk ditunjukkan kepada orang lain, itu menjadi kebaikan yang tidak terlihat. Kebaikan yang terlihat hanya akan menerima balasan berupa reputasi yang baik, tetapi kebaikan yang tersembunyi akan menerima balasan yang berlipat ganda dari Tuhan. Kalau reputasi seseorang melebihi nilai dirinya yang sebenarnya, maka hanya akan mengundang kesulitan besar. Ketenaran tidak dapat dianggap sebagai karunia, karena banyak orang yang mempunyai reputasi sering mempunyai ketenaran yang berlebihan, yang tidak mempunyai budi luhur yang benar untuk mendasarinya. Itulah sebabnya banyak keluarga yang terkenal mendapatkan kecelakaan. Itulah sebabnya para bijak dahulu kala menasehati bahwa adalah penting untuk tidak mempunyai ketenaran yang melebihi nilai diri yang sebenarnya. Jika ada orang yang tidak melakukan kesalahan apa pun tetapi mendapatkan cemoohan, orang yang dapat menerima hal ini dan tidak terganggu olehnya adalah orang yang berbudi. Sering keturunannya menjadi sangat berhasil. Perbedaan antara kebaikan yang terlihat dan yang tersembunyi adalah diketahui atau tidak oleh orang lain.

 

 

Perbuatan yang Hanya Terlihat Baik dan

Perbuatan yang Merupakan Kebajikan Sebenarnya

 

                Dalam berbuat baik, sering terjadi sesuatu yang terlihat baik, tetapi sebenarnya bukan merupakan kebaikan. Sebagai contoh, dahulu di negara Lu, ada peraturan di mana negara akan memberikan penghargaan kepada orang yang bersedia membayar uang tebusan untuk warga yang ditahan oleh negara lain.

                Murid Confucius yang bernama Zi-gong, sesudah membayar uang tebusan menolak menerima penghargaan tersebut. Sewaktu Confucius mendengar hal ini, Beliau memarahi Zi-gong dan berkata, “Kamu salah, karena apa pun yang dilakukan seorang ksatria dapat mempengaruhi masyarakat dan menjadi panutan bagi setiap orang. Kami tidak boleh berbuat sesuatu hanya untuk kepentinganmu. Di negara Lu hanya ada sedikit orang yang kaya, kebanyakan orang hidup miskin. Jika kamu memberikan teladan bahwa menerima hadiah merupakan hal yang memalukan, maka orang lain pun tidak akan berani menerima penghargaan tersebut. Jika tanpa penghargaan, dalam keadaan sekarang ini, siapa yang bersedia membayar uang tebusan? Tradisi membayar uang tebusan untuk membawa kembali tahanan akan segera menghilang.”

                Contoh yang lain adalah sewaktu murid Confucius yang lain, Zi-lu, menyelamatkan seseorang yang hampir tenggelam dan menerima hadiah seekor kerbau sebagai tanda terima kasih. Confucius yang mendengar hal ini berkata, “Baik sekali, sekarang orang-orang di seluruh Lu akan selalu berusaha menolong orang yang hampir tenggelam. Karena ada yang bersedia menolong dan yang lain bersedia membayar, maka akan tercipta suatu hubungan yang baik.”

                Jika kita menggunakan kedua contoh di atas, pada umumnya Zi-gong yang tidak bersedia menerima uang hadiah akan dinilai sebagai sangat baik, dan Zi-lu yang menerima kerbau sebagai hadiah dinilai tidak baik. Tetapi Confucius memandangnya secara berbeda. Saat berbuat sesuatu, perbuatan yang dianggap baik sekalipun haruslah dilakukan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan akibat lainnya yang akan muncul belakangan. Janganlah hanya melihat akibatnya terhadap diri sendiri, tetapi pertimbangkan akibatnya terhadap masyarakat yang lebih besar. Jika saya melakukan sesuatu yang baik, tetapi ternyata hasil akhirnya menyakitkan orang lain, maka itu menjadi sesuatu yang keliatan baik namun sebenarnya bukan. Atau sebaliknya, jika suatu sikap atau perbuatan yang umumnya dianggap buruk, tetapi hasilnya menguntungkan orang lain, maka itu merupakan kebaikan.

                Ada contoh-contoh yang lain tentang apa yang dikira baik tetapi ternyata bukan, misalnya sifat memaafkan dan toleransi yang berlebihan, memuji orang lain secara berlebihan sehingga membuat orang tersebut lupa diri, memenuhi janji kecil yang mengakibatkan kesulitan yang lebih besar kemudian ataupun memanjakan anak kecil; Semua perbuatan ini harus dipertimbangkan kembali.

 

 

Kebajikan yang Pantas

dan yang Tidak Pantas

 

                Kebaikan juga ada yang sesuai untuk dilakukan dan sebaliknya ada yang tidak sesuai untuk dilakukan. Saya akan memberikan suatu contoh. Suatu ketika, ada seorang Perdana Menteri bernama Lu. Setelah dia pensiun dan kembali ke desanya, penduduk desa tetap berlaku hormat terhadapnya. Suatu hari seorang penduduk mabuk dan berlaku tidak sopan kepadanya. Tuan Lu tidak merasa terganggu oleh hal itu. Ia menganggap bahwa itu dilakukan dalam keadaan tidak sadar. Lu tidak menghukum orang itu. Tahun berikutnya, orang tersebut semakin memburuk kelakuannya. Dia melakukan sesuatu yang mengakibatkan dia harus dihukum mati. Tuan Lu merasa sangat menyesal. Dia berkata kepada dirinya sendiri, “Jika ketika itu saya membuatnya disiplin, maka tentu akan dapat memperbaiki kelakuannya sehingga dia tidak berlaku buruk yang membuatnya dihukum mati. Tidak seharusnya saya terlalu lunak terhadap dia.” Ini adalah contoh tentang suatu kemurahan hati dapat juga mengakibatkan sesuatu yang salah.

                Saya dapat memberikan contoh yang lain tentang bagaimana perbuatan yang buruk ternyata dapat menghasilkan akibat yang baik. Suatu ketika di suatu tempat terjadi kelaparan berkepanjangan dan orang-orang menjadi bengis, dengan terbuka mengambil makanan dari orang lain. Ada seorang yang sangat kaya yang melaporkan hal ini kepada pemerintah. Sesudah beberapa saat, pemerintah belum juga memberi perhatian, sehingga orang-orang menjadi semakin berani dan semakin menghebat kelakuannya. Pada keadaan demikian, keluarga ini sendiri yang turun tangan menghukum orang-orang tersebut. Dengan cara demikian, area tersebut mempunyai sedikit kedamaian.

                Setiap orang mengetahui bahwa kebaikan adalah sesuatu yang pantas dan kejahatan adalah tidak pantas. Tetapi, apabila perbuatan baik mengakibatkan keadaan memburuk, maka itu tidak pantas. Sebaliknya suatu perbuatan buruk yang mengakibatkan keadaan yang baik adalah perbuatan yang pantas.

 

 

Kebajikan yang Sepenuhnya dan

yang Sepenuh hati

 

                Hal berikut yang perlu dipahami adalah mengenai kebaikan yang setengah-setengah dan yang sepenuhnya. Dalam I Ching disebutkan bahwa jika kebaikan tidak dilakukan sepenuhnya, maka tidak akan menghasilkan keberhasilan. Kejahatan yang tidak sepenuhnya pun tidak akan mengakibatkan kehancuran total. Ini sama seperti mengisikan barang ke dalam container, jika dilakukan dengan rajin maka akan segera penuh; jika dilakukan dengan malas tidak akan segera penuh. Sebagai contoh, suatu ketika ada seorang wanita miskin yang pergi ke suatu biara untuk bersembahyang dan memberikan persembahan, dia hanya mempunyai dua keping uang, tetapi biarawan tetap keluar untuk memberkatinya. Belakangan, wanita tadi menjadi anggota keluarga istana dan membawa ribuan uang emas untuk dipersembahkan. Kali ini si biarawan hanya mengirimkan salah satu dari muridnya. Karenanya si wanita bertanya, “Sebelumnya saya pernah memberi dua keping uang, tetapi Anda secara pribadi keluar untuk memberi pemberkatan. Hari ini saya memberi ribuan uang emas, mengapa Anda tidak secara langsung memberi pemberkatan?” Si biarawan berkata, “Di masa lalu, walaupun anda hanya menyumbang sedikit, tetapi dilakukan dengan setulusnya. Kecuali jika saya melakukan pemberkatan secara langsung, maka tidak akan cukup. Hari ini walaupun anda menyumbang demikian banyak, hatimu tidak seperti yang dulu. Sehingga saya cukup mengirimkan seorang murid untuk melakukan pemberkatan.” Ini adalah contoh tentang ribuan uang emas yang hanya menjadi setengah kebaikan dan dua keping uang yang merupakan kebaikan sepenuhnya.

                Dahulu, ada seorang Dewa Zong-li. Dia mengajari Lu Dong-bing ilmu yang dapat mengubah besi menjadi emas demi untuk membantu dunia. Lu Dong-bing bertanya, “Apakah emas itu akan berubah kembali menjadi bentuk asalnya?” Dan Zong menjawab, “Bahwa hal tersebut akan terjadi lima ratus tahun kemudian.” Lu berkata, “Bukankah hal ini akan mengakibatkan kericuhan lima ratus tahun kemudian?” Saya mengira, saya tidak menginginkan ilmu ini.” Zong berkata, “Untuk dapat menjadi dewa, harus mengumpulkan tiga ribu pahala, dan hanya dengan kata-kata anda tadi sudah seharga tiga ribu pahala. Sekarang anda telah dapat menjadi dewa.” Jadi, dalam berbuat baik harus dilakukan secara alami dan tulus, dan tidak membanggakannya atau mengingatnya kemudian. Dan walaupun hanya merupakan kebaikan yang kecil akan menghasilkan buah yang baik. Jika ada tujuan dalam berbuat baik, dan dalam memberi mengharapkan balasannya, maka walaupun kebaikan sudah dilakukan seumur hidup, tetap saja merupakan kebaikan yang tidak penuh.

                Dalam memberi berlakulah seolah-olah tidak ada yang menerima. Dengan demikian pemberi, penerima, dan uang yang diberikan semua terjadi tidak dengan kesadaran. Pemberian seperti ini, satu sen pun sudah cukup untuk membayar karma buruk dalam ribuan tahun kehidupan, dan memberi semangkuk nasi pun merupakan kebaikan yang tidak terbatas. Jika seseorang dalam memberi tidak melupakannya atau mengharapkan balasan atau merasa menyesal dan sakit hati terhadap pemberian yang sudah dilakukan, maka walaupun sudah memberikan sepuluh ribu keping emas pun akan tetap merupakan kebaikan yang setengah-setengah.

 

 

Kebajikan yang Besar dan yang Kecil,

yang Sulit dan yang Mudah

 

                Selanjutnya mari kita lihat tentang kebaikan yang besar dan kecil, serta yang sulit dan mudah. Dahulu, ada seorang yang bernama Wei Zhong-da. Dia merupakan pejabat tinggi di istana. Suatu ketika rohnya meninggalkan tubuhnya dan dibawa ke neraka. Raja Neraka mengeluarkan buku yang mencatat semua perbuatannya, yang baik maupun jahat. Dia melihat bahwa catatan perbuatan buruknya memenuhi seluruh tempat persidangan sedangkan perbuatan baiknya hanya beberapa lembar saja. Kemudian Raja Neraka menyuruh bawahannya untuk melakukan penimbangan. Ternyata seluruh catatan perbuatan buruknya masih lebih ringan daripada beberapa lembar perbuatan baiknya. Zhong-da merasa sangat heran dan berkata, “Saya baru saja berumur empat puluh tahun. Bagaimana saya dapat melakukan demikian banyak perbuatan buruk?” Raja Neraka berkata, “Pikiran yang buruk pun akan dicatat. Yang tidak dilakukan sekalipun.” Kemudian Zhong-da bertanya, “Lalu mengapa catatan kebaikan saya masih dapat lebih berat dari yang jahat?” Raja menjawab, “Kaisar sering merencanakan melakukan proyek besar. Sewaktu sebuah jembatan batu direncanakan untuk dibangun di propinsi Fujian, anda telah mengusulkan untuk tidak dilakukan karena mempertimbangkan kesukaran yang akan dihadapi puluhan ribu penduduk yang terpaksa bekerja keras.” Zhong-da mengatakan, “Memang saya mengusulkan hal tersebut, tetapi raja tidak mengikuti nasehat saya, bagaimana hal tersebut boleh diperhitungkan?” Raja Neraka berkata, “Walaupun raja tidak menerima nasehatmu, hanya perhatianmu untuk berbuat baik akan berpengaruh terhadap sepuluh ribu orang. Jika usulanmu diterima, maka kebaikannya masih akan lebih besar lagi.

                Jadi, suatu perbuatan yang berpengaruh terhadap sepuluh ribu orang, walaupun perbuatannya kecil, membawa akibat yang besar sekali. Sebaliknya, jika perhatian hanya diberikan kepada satu orang saja, dan kebaikannya juga hanya berpengaruh pada satu orang saja, maka walaupun perbuatannya besar, akibat keseluruhannya kecil.

                Kebajikan yang sulit dan mudah juga berbeda. Kebajikan yang dilakukan dalam kondisi yang sulit merupakan kebajikan yang lebih berharga. Contoh dari orang yang berbuat baik dalam kondisi yang sulit adalah tuan Shu dari Jiang-xi, yang menggunakan penghasilannya selama dua tahun untuk membayarkan denda orang lain untuk memungkinkan orang tersebut berkumpul kembali dengan keluarganya. Di propinsi Hunan, ada tuan Zhan yang menggunakan tabungannya selama sepuluh tahun agar orang lain dapat membayar hutangnya, sehingga dengan demikian istri dan putri orang tersebut dapat diselamatkan. Di Zhen-Jiang, ada seorang pria yang walaupun tidak mempunyai putra hingga masa tuanya, menolak seorang wanita muda yang ditawarkan tetangganya untuk dijadikan gundik (Hal ini merupakan kelaziman pada zaman tersebut).

                Contoh-contoh di atas menggambarkan orang yang memberikan semua yang dimiliki demi keuntungan dan kemudahan orang lain. Semua perbuatan di atas melampaui apa yang dapat dilakukan dan diterima orang normal. Ini adalah contoh kebajikan yang luar biasa.

                Tetap menjalankan kebajikan pada saat diri sendiri sedang dalam kesulitan, tanpa mempunyai uang dan kekuasaan merupakan pahala yang lebih besar. Jika memiliki uang dan kekuasaan, maka kesempatan untuk berbuat baik dan mengumpulkan pahala adalah sangat mudah. Tetapi, jika tetap tidak dilakukan, maka sia-sialah orang tersebut. Seperti ada suatu pepatah yang mengatakan, “Jika ada orang kaya raya yang menolak untuk berbuat baik, orang tersebut seperti babi gemuk.”

 

 

10 Metoda untuk Menjalankan Kebajikan

 

                Kita sudah membicarakan dasar-dasar dan pemahaman tentang berbuat baik. Sekarang kita akan berbicara tentang berbuat baik. Sekarang kita akan berbicara tentang membantu orang melalui metoda yang lain.

1.       Memberi kemudahan kepada orang lain

2.       Memperlakukan orang lain dengan penuh hormat dan kasih sayang

3.       Membantu kehendak untuk berbuat kebaikan

4.       Mendorong orang untuk berbuat baik

5.       Menolong orang yang sedang dalam kesulitan

6.       Mendukung gotong royong dan pekerjaan umum

7.       Melepaskan keterikatan pada kekayaan

8.       Melindungi dan mendukung pengajaran spiritual

9.       Menghormati orang yang lebih tua

10.    Melindungi kehidupan makhluk-makhluk hidup.

 

Tentang yang pertama, memberi kemudahan kepada orang, kita dapat mencontoh salah satu Kaisar Cina yang pertama, Shun, sewaktu muda ia suatu ketika menyaksikan orang yang sedang menangkap ikan di propinsi Shandong. Dia mengamati bahwa tempat yang banyak ikannya, pada bagian yang dalam airnya selalu dikuasai oleh nelayan yang lebih muda dan nelayan tua yang lebih lemah kebagian tempat yang berarus deras, sehingga dia menjadi perhatian. Akhirnya dia memutuskan untuk ukut menangkap ikan, dan setiap kali dia bertemu dengan nelayan yang datang, menuntut dan mengambil tempatnya, dia akan merelakan tempatnya tanpa berkata sepatah kata pun. Dan jika bertemu dengan orang yang memberi kesempatan kepadanya untuk menangkap ikan, maka segera ia akan mengucapkan terima kasih. Beberapa waktu kemudian, dia telah berhasil menciptakan suasana saling menghormati dan memberi. Walaupun Shun dapat melakukan perubahan dengan kemampuan untuk mengajar melalui kata-kata, tetapi dia menggunakan dirinya sendiri sebagai contoh untuk mengubah suasana. Karenanya, dalam sikap hidup adalah penting untuk tidak menggunakan kebaikan diri sendiri untuk memojokkan kelemahan orang lain. Jangan pergunakan kecerdasan untuk mempermainkan orang lain. Selalulah hidup dalam kerendahan hati. Jika melihat kekurangan orang lain, bersifatlah penuh toleransi. Jika melihat orang melakukan kebaikan, sekalipun kecil, pujilah mereka. Hal ini secara tidak langsung akan menjadi pelajaran bagi mereka yang berbuat tidak baik. Dengan demikian orang yang bersalah tidak akan merasa dipermalukan sehingga mereka akan mempunyai kesempatan untuk berubah. Jadi dalam memberi kemudahan kepada orang lain, selalulah berpikir tentang kesejahteraan keseluruhan dan perlindungan pada kebenaran.

Hati yang penuh hormat dan kasih sayang terhadap orang lain tidak dapat sekedar dilihat dari perbuatan, tetapi harus dilihat dari motivasi. Ada suatu pepatah yang mengatakan bahwa perbedaan antara seorang satria dan yang bukan adalah pada pemikirannya. Seorang satria yang sebenarnya, memperlakukan orang dengan penuh hormat dan kasih sayang, tanpa memilih dan tanpa mengharapkan balasan dari perbuatannya. Beras yang sama menghidupi ratusan jenis manusia yang berbeda. Walaupun setiap manusia adalah berbeda, berbeda dalam kedudukan, berbeda dalam kepintaran, tetapi semuanya adalah manusia. Jadi semuanya harus diperlakukan dengan penuh hormat. Memperlakukan seorang manusia biasa sama seperti memperlakukan para suci. Memperlakukan semua orang dengan penuh hormat dan kasih sayang harus dimulai dengan menyelami diri orang lain, secara kejiwaan dan intelektual.

Umumnya, dalam masyarakat hanya terdapat sedikit saja satria yang memperjuangkan kebaikan, sementara itu lebih banyak yang bagi diri sendiri. Ditambah lagi dengan sikap manusia yang selalu membela pendapat/kebiasaan yang sepaham dan menolak yang tidak. Seorang satria harus memiliki determinasi dan keberanian yang sangat kuat. Seorang satria sering mempunyai ucapan dan perbuatan yang berlainan dengan masyarakat pada umumnya. Mereka sangat jujur dan sering bertindak tanpa perhitungan. Mereka mengabaikan cara untuk membangun citra dirinya untuk dapat diterima anggapan umum. Jadi, orang yang tidak bijaksana sering mengkritik dan memojokkan orang-orang baik tersebut, sehingga mereka tidak lagi mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kebaikannya. Adalah penting untuk mendukung mereka yang satria, yang mempunyai hati yang baik. Janganlah membuang mereka seperti sebongkah batu, tetapi asahlah mereka menjadi sebutir permata. Jika melihat orang yang sedang berbuat baik, dukunglah mereka untuk mencapai kehendaknya.

Kebiasaan yang baik sulit dibina, tetapi begitu terbina akan menjadi sahabat selama-lamanya karena ia selalu mudah diatur. Sebaliknya kebiasaan buruk mudah terjadi dan sekali terbiasa akan menjadi musuh untuk selama-lamanya, karena ia selalu mau mengatur. Sebenarnya setiap orang mempunyai kesadaran yang sempurna, tetapi karena kehidupan yang menyesatkan, tarikan dari ketenaran dan kekayaan, seringkali orang menjadi tenggelam dalam keduniawian. Dalam berhubungan dengan orang lain, selalulah memberi semangat untuk berbuat baik. Pepatah mengatakan: “Untuk menyadarkan orang sekali, gunakanlah mulut. Untuk menyadarkan orang selama ratusan generasi, tulislah buku.”

Kehidupan sering dipenuhi oleh musibah dan ketidakberuntungan. Pada saat menemui orang lain dalam kesulitan, rasakan kesulitan tersebut seperti jika kita sendiri yang menghadapinya. Tanpa banyak perhitungan, segeralah berikan bantuan kepada mereka yang dalam kesulitan. Mulut dapat dipergunakan untuk memberikan kenyamanan kepada orang lain, berbagai metoda lain dapat juga digunakan.

Banyak pekerjaan yang bermanfaat untuk orang ramai, misalnya pembangunan jalan, jembatan, gedung sekolah ataupun tempat ibadah. Pekalah terhadap keadaan di sekitar kita dan dukunglah pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat.

Hyang Buddha memberikan pelajaran bahwa ada sepuluh ribu jalan untuk mengembangkan spiritual, dan yang pertama adalah dengan memberi. Memberi adalah juga melepas keterikatan. Semakin baik pembinaan diri seseorang, semakin mudah pula ia memberikan apa saja yang dimiliki tanpa banyak pertanyaan. Tentu saja, tidak mudah untuk mencapai tingkatan seperti ini. Kekayaan sering dilihat sebagai lebih penting daripada kehidupan, jadi sebagai langkah pertama untuk melepaskan keterikatan pada seluruh permasalahan keduniawian adalah dengan merelakan apa yang paling sulit untuk diberikan, yaitu uang. Memberi kepada orang yang dalam kekurangan mempunyai banyak kebaikan. Secara internal, memberi akan mengurangi sifat egois dan kikir. Secara eksternal, pemberian dapat membantu orang keluar dari kesulitan dan pada akhirnya menciptakan suasana yang mendukung pertumbuhan spiritual. Pada mulanya memberi mungkin dirasakan sebagai paksaan, tetapi segera ia akan menjadi kebiasaan. Memberi juga akan menutupi dan menjauhkan diri dari kekurangan-kekurangan lainnya.

Ajaran Hyang Buddha memberikan panduan untuk mencapai penerangan, untuk bebas dari kelahiran dan kematian. Jadi, memberi perlindungan kepada pengajaran-pengajaran spiritual adalah memberi kemudahan bagi orang yang akan membina dirinya. Jika orang yang membina dirinya dengan baik bertambah satu, artinya sudah berkurang satu pula orang yang akan jatuh ke dalam penderitaan. Perlindungan terhadap ajaran spiritual mencakup pembangunan tempat ibadah, mencetak kitab suci, memberi perlindungan kepada orang yang membina diri, dan lain-lain.

Menghormati orang yang lebih tua adalah menghormati orang tua, kakak, pimpinan, dan terutama kepada orang yang berbudi dan bijaksana. Dalam menghadapi orang tua harus dilakukan dengan ramah dan penuh hormat, dan dalam bekerja pada masyarakat tidak boleh berkelakuan buruk, walaupun dalam area yang tidak terjangkau oleh hukum. Dalam menghukum tahanan sangat penting untuk tidak berlebihan.

Mengenai perlindungan terhadap makhluk hidup, ada pepatah kuno yang mengatakan: “Untuk melindungi tikus, sejumlah beras disisakan untuk tikus. Untuk melindungi ngengat lampu tidak dinyalakan.” Tentu saja ini adalah hal yang sulit dipraktekkan oleh kebanyakan orang, tetapi pepatah ini sebenarnya mengingatkan kita untuk jangan bertindak semena-mena. Mencius berkata, “Seorang satria selalu menjauhi dapur (di Cina banyak penjagalan yang dilakukan di dapur). Sebagai cara untuk mempertahankan sifat welas asih. Mencius berkata bahwa sekalipun tidak dapat menjadi vegetarian sepenuhnya, setidaknya kita memenuhi hal-hal berikut: (1) Jika hewan tersebut adalah peliharaan sendiri, jangan dimakan. (2) Jika melihat ia dibunuh, jangan makan dagingnya. (3) Jika terdengar suaranya saat disembelih, jangan makan dagingnya. Dan (4) yang sengaja disembelih khusus untuk anda, jangan dimakan. Ini adalah empat keadaan di mana kita tidak makan daging. Setidaknya sebagai awal untuk membangun sifat yang welas asih dan mengembangkan perbuatan baik dan kebijaksanaan.

Orang dahulu kala memasak kepompong untuk mendapatkan sutranya sebagai bahan pakaian, dan dalam bercocok tanam kita juga terbantu oleh serangga. Jadi, adalah penting juga untuk tidak menyia-nyiakan makanan dan pakaian, yang pada akhirnya juga berarti sudah memberikan perhatian kepada makhluk hidup. Dalam kehidupan perlu juga dikembangkan sikap yang berhati-hati agar tidak menyakiti orang lain yang lebih lemah, termasuk makhluk-makhluk lain yang lebih kecil.

Metoda untuk mengumpulkan kebaikan sangat banyak dan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya, tetapi jika dapat segera dimulai dengan kesepuluh metoda ini, pasti akan menjadi permulaan yang baik.

 

 

 

Pelajaran Keempat : Keuntungan dari Kerendahan Hati

 

Kesombongan Mendatangkan Petaka

Kerendahan Hati Mengundang Keberuntungan

 

                Pada I Ching (Kitab tentang Perubahan) dikatakan bahwa Tuhan akan mengambil dari mereka yang hidup bermegah dan memberi kepada mereka yang sederhana. Kalau kita memperhatikan bahwa air pada permukaan yang tinggi akan selalu mengalir ke tempat yang rendah, dengan cara yang sama para suci dan dewa-dewi akan mengambil dari mereka yang sombong, dan melindungi mereka yang sederhana. Hal yang sama terjadi pada manusia. Mereka yang sombong dan penuh dengan sikap mementingkan diri sendiri, akan dijauhi oleh orang lain, dan hanya mereka yang rendah hati akan dihormati. Pada I Ching ada enam puluh empat (64) hukum yang menjelaskan tiga ratus delapan puluh empat (384) nasihat, dua pertiga di antaranya merupakan peringatan dan nasihat. Tetapi dalam keenam hukum yang merupakan “hexagram kerendahan hati” seluruhnya adalah merupakan pujian. Sehingga ada pepatah umum mengatakan bahwa kerendahan hati akan membawa keberuntungan dan kesombongan mengakibatkan kesulitan.

                Kalau Anda melihat para terpelajar yang miskin, biasanya saat-saat sebelum mereka menjadi terkenal, mereka sangat sederhana. Beberapa tahun yang lalu ada sepuluh orang dari dusun saya yang berangkat ke ibukota untuk mengikuti ujian pemerintahan. Di antara mereka ada seorang yang bernama Ding Bing, yang paling muda dan juga paling rendah hati. Saya telah memberitahu kepada teman-teman lain bahwa Ding Bing yang akan lulus dari ujian pemerintahan tahun tersebut, sehingga teman-teman bertanya, “Bagaimana anda dapat memastikannya?” Saya mengatakan, “Hanya mereka yang rendah hati akan menerima keberuntungan dan dalam kelompok tersebut ia yang paling rendah hati dan juga tulus hati. Hanya dia yang menghormati orang lain dan tidak pernah bertengkar dengan yang lain. Jika dia diperlakukan tidak sebagaimana mestinya dia selalu toleran, jika dia mendengar makian, dia tidak perlu membalas. Jika ada yang sudah mencapai tahap tentu saja akan melindunginya, tentu saja dia yang akan lulus ujian pemerintahan.” Pada saat waktunya tiba, terbukti dia yang lulus ujian. Beberapa yang lain yang tidak lulus mengubah kesombongan mereka menjadi rendah hati dan akhirnya juga lulus belakangan. Sebelum surga mengaruniai seseorang, sebelum keberuntungan datang, kebijaksanaan terlebih dahulu harus dibangkitkan. Begitu kebijaksanaan bangkit dengan sendirinya mereka menjadi rendah hati, kesombongan menghilang dan keberuntungan segera datang.

                Ada orang lain yang berasal dari Jiang-ying, bernama Chang. Dia sangat berbakat, cerdas dan terkenal. Saat ikut ujian dan ternyata tidak lulus, dia menjadi sangat marah. Dia mulai menyalahkan pengawas yang dikatakan tidak punya mata. Ada seorang pendeta Tao yang tersenyum menyaksikan kejadian itu. Tuan Chang yang disenyumi seperti ini mulai mengarahkan kemarahannya kepada si pendeta. Pendeta kemudian berkata, “Pasti tulisan anda yang kurang baik.” Tuan Chang berkata, “Bagaimana anda tahu? Kamu tidak pernah melihat tulisan saya.” Pendeta Tao berkata, “Orang mengatakan untuk dapat menulis dengan baik, harus dimiliki ketenangan dan kedamaian, dan saya melihat anda membuka mulut untuk memaki orang lain, jelas anda tidak damai dan juga tidak tenang. Jadi bagaimana anda dapat menulis dengan baik?” Tuan Chang menjadi terdiam. Kemudian berbalik dan meminta nasihat dari si pendeta. Pendeta berkata, “Untuk lulus dari suatu ujian juga tergantung kepada nasib. Jika memang sudah nasib tidak akan lulus, maka tidak peduli berapa banyak pun waktu yang anda habiskan, anda tidak akan lulus. Yang pertama-tama perlu anda lakukan adalah mengubah diri anda.” Dan Chang bertanya, “Jika memang sudah ditakdirkan, lalu bagaimana mungkin kita mengubahnya?” Pendeta Tao kemudian berkata, “Walaupun takdir sudah ditentukan dari surga, tetapi untuk membangunnya adalah tergantung pahala, maka apa pun yang diharapkan akan tercapai.” Chang kemudian bertanya, “Saya seorang miskin, bagaimana saya dapat berbuat baik dan mengumpulkan pahala?” Pendeta Tao menjawab, “Perbuatan baik dan pahala adalah dikumpulkan melalui hati. Jika Anda selalu bersikap ramah terhadap orang lain, maka itulah pahala yang sangat besar. Untuk bersikap rendah hati tidak membutuhkan biaya. Mengapa anda tidak melakukan sebaliknya, daripada menyalahkan pengawas ujian anda, sebaiknya melihat ke dalam diri anda dan mungkin akan terlihat bahwa kerendahan hati anda kurang atau memang anda yang tidak cukup baik.” Tuan Chang seketika sadar dan mulai mengubah caranya.

                Tiga tahun kemudian, dalam suatu mimpi dia mendatangi suatu bangunan besar dan menjumpai suatu buku. Dia, karena keingintahuannya, bertanya kepada orang di sebelahnya: “Buku apa ini?” Orang di sebelahnya menjawab, “Ini adalah daftar tahunan mereka yang sudah lulus ujian.” Chang bertanya, “Mengapa ada demikian banyak tempat yang kosong?” Orang tersebut menjawab, “Setiap tiga tahun dilakukan pemeriksaan di neraka dan hanya mereka yang sudah berbuat pahala tertentu dan tidak melakukan kejahatan-kejahatan akan tetap dipertahankan dalam daftar. Tempat kosong ini tadinya berisi nama orang-orang yang seharusnya lulus ujian, tetapi karena kelakuannya, nama mereka dihapus. Selama tiga tahun ini, kamu sudah bersikap sangat hati-hati dan secara rajin memperbaiki dirimu. Anda boleh menempati tempat kosong ini, jadi selamat kepada anda.” Dan pada tahun itu, Tuan Chang lulus ujian dan menjadi orang ke-105 yang lulus.

                Jadi, jika kita mengerti tentang pepatah umum bahwa dalam kehidupan janganlah berbuat sesuatu yang memalukan, karena selalu ada dewa kesadaran di atas kepala kita yang mengetahui segalanya.

 

 

Menentukan Arah Hidup

untuk Selalu Berada dalam Kebajikan

 

                Jadi, dalam kehidupan kita, apakah akan mendapatkan keberuntungan atau kesialan, semuanya terpulang pada suatu pikiran – jika pikiran dapat dikendalikan dan dijaga agar tetap murni dan juga tetap memelihara sifat rendah hati, dengan sendirinya kita akan dilindungi oleh dewa-dewi. Sebaliknya jika sombong dan penuh dengan kepentingan diri, memanfaatkan kekuasaan, kepandaian, dan kekayaan untuk kesombongan dan menindas orang lain, maka tidak mungkin akan memiliki masa depan yang cemerlang. Tidak akan berhasil apalagi mendapatkan nasib baik. Jadi, orang yang bijaksana dan mengerti Tao tidak akan merusak masa depan dan keberuntungannya sendiri. Orang yang rendah hati dapat menerima pelajaran dari orang lain, sehingga dengan cara yang sama akan menerima kebijaksanaan, keberuntungan, dan keuntungan yang banyak. Inilah hukum dasar dalam kehidupan.

                Tidak heran, jika ada ungkapan bahwa jika kita ingin memiliki kekayaan dan kedudukan, kita akan memilikinya. Jika kita ingin terkenal, dapat juga dimiliki. Karena saat membuat komitmen dalam diri kita, adalah seperti pohon yang menyiapkan akarnya. Jika komitmen dalam diri kita dibuat mendalam, sering membina kerendahan hati dalam berhubungan dengan orang lain, sering membantu dan melayani orang lain, dengan sendirinya apa yang kita inginkan akan tercapai.

 

 

 

***

No comments:

Post a Comment

Monggo..
silahkan di isi komentarnya..
Siapapun boleh, en gak di gigit balik kok..