Tuesday, January 10, 2012

Fwd: Sandals for justice



..........end-of-transmission............

Begin forwarded message:

From: "Alice Jay - Avaaz.org" <avaaz@avaaz.org>
Date: 9 Januari 2012 21:52:32 WIB
To: "dcputranto@yahoo.com" <dcputranto@yahoo.com>
Subject: Sandals for justice

Avaaz.org - The World in Action ***Geser ke bawah untuk edisi Bahasa Indonesia***

Dear friends across Indonesia,


Our police are brutally abusing their power and failing to provide the most basic legal services. But the recent 'sandal case' has provoked massive public outrage and the police are on the back foot. If enough of us build the outcry we could get critical police reform. Sign the urgent petition now to President Yudhoyono to rein in the police:
Police in Palu brutally beat fifteen year-old A.A.L. and threatened him with a 5 year jail sentence just for picking up abandoned sandals that belonged to a policeman. But public outrage is simmering and if we ramp up the campaign we could push for an end to this violence.

This is the latest in a series of recent incidents from Aceh to Bima and from Lampung to Cilacap in which the police have turned against our children and vulnerable citizens and abused their power. But people have had enough and are sending a 'flood of sandals' to demonstrate their disgust. If we can build on this outcry with a huge public petition to President Yudhoyono we could force him to rein in our police and initiate critical reforms now.

Right now the police are on the back foot, but we have to act fast and ramp up the pressure to make sure A.A.L.'s is the last case of police brutality against our kids. Click below to sign the urgent petition to SBY and then share this with family and friends! When we reach 50,000 signers we'll deliver it directly to the President with a pair of sandals for each 1000 signers.

http://www.avaaz.org/en/sandals_for_justice/?vl

The police are failing to provide even the most basic legal services. At the same time, officers overstepping the law get away with murder while citizens without money or influence face harsh punishment. But while A.A.L. has been released and the officers responsible for his mistreatment got a token slap on the wrists, thousands of children continue to be held in jail on criminal charges.

There's no civilian bureaucrat at its head, and the National Police Commission lacks the powers to deal effectively with police abuses. But President Yudhoyono is ultimately responsible for the police and he is said to be following the case. If we target him directly now he has the opportunity to respond to our outcry, demand an apology to A.A.L., and start a meaningful reform.

Just last week, more than 100 pairs of sandals were delivered to the police headquarters in Jakarta, embarrassing our law-enforcers in front of national and international media. We need to show the President and the police that this is not a flash in the pan public protest. Let's build a massive petition and show this is a national outcry that is ramping up and we want comprehenisve and fast action -- sign now, then tell everyone:

http://www.avaaz.org/en/sandals_for_justice/?vl

From pressing for the release of political prisoners in Burma to stopping the illegal eviction of the Occupy movement, citizens across the world working together have fought injustices -- and won! Now it's in our hands to stop Indonesian police abuse -- if we unite now our voices will be heard and we can prevent more cases like A.A.L.'s.

With hope,

Alice, Antonia, Morgan, Ricken, Caroline, Pascal and the entire Avaaz-team

More information:

Indonesia outrage at boy's conviction for sandal theft (BBC)
http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-16415716

Indonesian Teen Found Guilty of Stealing Sandals, but Free to Go (The Jakarta Globe)
http://www.thejakartaglobe.com/news/indonesian-teen-found-guilty-of-stealing-sandals-but-free-to-go/489057

Sandals and Solidarity: Why Indonesians Are Using Flip-flops as Symbols of Protest (Time)
http://globalspin.blogs.time.com/2012/01/06/sandals-and-solidarity-why-indonesians-are-using-flip-flops-as-symbols-of-protest/

Indonesian Sandal Case Fuels Juvenile Court Push (The Jakarta Globe)
http://www.thejakartaglobe.com/politics/indonesian-sandal-case-fuels-juvenile-court-push/489642



Untuk kawan-kawan di seluruh Indonesia.


Polri secara brutal melakukan penyalahgunaan kekuasaannya dan gagal memberikan pelayanan dasar pada warga negara Indonesia. 'Kasus sandal' AAL telah adalah bukti, dan sekaligus pemicu munculnya kepedulian publik pada dunia hukum. Bila kita bisa melayangkan protest atas hal ini, maka reformasi Polri akan bisa cepat terlaksana. Tanda tangani petisi untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekarang, agar polisi tetap bisa diawasi dan dikendalikan:
Seorang polisi di Kota Palu secara brutal telah mempersoalan AAL, bocah berumur 15 tahun dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara, hanya karena mengambil sandal bekas milik seorang polisi. Beruntung, kepedulian masyarakat di Indonesia telah muncul. Bila kita turut serta untuk menyebarkan kampanye pembelaan pada AAL, maka upaya penyelesaian kasus semena-mena ini akan semakin cepat.

Ini adalah kasus terbaru, setelah rangkaian kasus-kasus sebelumnya dari Aceh sampai Bima, dari Lampung sampai Cilacap. Semuanya melibatkan polisi yang secara sadar menggunakan kekuatannya, menerapkan hukum dengan semena-mena pada anak-anak dan orang biasa. Memang, masyarakat Indonesia yang peduli sudah membuat gerakan'banjir sandal' sebagai ekspresi perlawanan pada kasus itu. Namun sepertinya hal itu belum cukup. Kita, sebagai bagian dari publik bisa turut serta membangun gerakan lebih besar dengan cara mengirimkan petisi ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Petisi ini bisa memaksa pemerintah untuk mengendalikan langkah polisi, sekaligus memunculkan inisiatif untuk melakukan reformasi secepatnya.

Informasi terbaru, kasus ini sudah ditangani polisi. Untuk itu, publik harus bergerak lebih cepat dan meningkatkan tekanan untuk memastikan AAL adalah kasus terakhir polisi kepada anak-anak. Klik link di bawah ini untuk memberikan tanda persetujuan pengiriman petisi ke Presiden SBY, lalu sebarkanlah hal ini kepada teman dan keluarga. Bila jumlah penandatanganan ini mencapai 50 ribu orang, maka kami akan mengirimkan petisi ini pada Presiden SBY, sekaligus mengirimkan satu pasang sandal pada Presiden SBY untuk setiap 1000 petisi.

http://www.avaaz.org/en/sandals_for_justice/?vl

Seperti yang kita ketahui, polisi Indonesia telah gagal memenuhi pelayanan dasar hukum. Dalam waktu yang bersamaan, polisi dengan semena-mena bisa mengabaikan hukum dan lolos dari kasus pembunuhan, sementara warga masyarakat yang miskin dan tidak punya pengaruh, justru dihadapkan pada hukum yang keras. Itulah mengapa, meskipun AAL sudah bebas, dan polisi yang menuntut AAL sudah dipenjara misalnya, namun ribuan anak-anak tetap saja terancam akan masuk ke penjara karena kasus kriminal yang dituduhkan kepadanya.

Tanpa adanya birokrat sipil yang menjadi atasan polisi, maka kasus-kasus yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaan polisi, akan bisa dengan serta merta diabaikan oleh para pimpinan kepolisian. Maka, Presiden SBY harus bertanggungjawab atas hal ini. Presiden SBY juga dikatakan mengikuti kasus AAL. Hal itu berarti, kita memiliki kesempatan untuk mendapatkan respon atas petisi yang akan kita kirim, menuntutnya meminta maaf pada AAL, dan memulai reformasi yang serius untuk menghindarkan anak-anak dari hukum penjara.

Minggu lalu, lebih dari 100 pasang sandal sudah dikirim ke Mabes Polri di Jakarta. Hal itu adalah kritis paling pedas dan memalukan yang dimuat media nasional dan internasional. Kita perlu menunjukkan kepada Presiden SBY dan polisi bahwa kita tetap mengawasi dan akan terus mengeluarkan protest pada hal-hal yang tidak sejalan dengan hukum dan keadilan. Mari bergabung dalam petisi untuk solidaritas pada AA, dan untuk mendorong polisi lebih bertanggungjawab. Tanda tangani petisi sekarang, dan kabarkan pada semua orang. Klik link ini:

http://www.avaaz.org/en/sandals_for_justice/?vl

Dari gerakan untuk pembebasan tahanan politik di Burma hingga penghentian pengusiran gerakan Occupy, warga di seluruh dunia kini bekerja bersama untuk melawan ketidakadilan, dan menang! Di tangan kitalah upaya penghentian kekerasan polisi Indonesia bisa dilakukan. Jika kita bersatu sekarang, maka suara kita akan didengar dan bisa mencegah lebih banyak kasus seperti AAL.

Salam solidaritas,

Alice, Antonia, Morgan, Ricken, Caroline, Pascal dan seluruh tim Avaaz

Information lebih lanjut:

Solidaritas Seribu Sendal Buat Briptu Ahmad (Tempo)
http://www.tempo.co/read/news/2012/01/02/214374800/p-Solidaritas-Seribu-Sendal-Buat-Briptu-Ahmad

Mabes Polri Terima 1.000 Sandal Jepit (Kompas.com)
http://nasional.kompas.com/read/2012/01/05/16031528/Mabes.Polri.Terima.1.000.Sandal.Jepit

'Dihadiahi' 1.000 Sandal, Kapolri Tidak Tersinggung (Detik.com)
http://us.detiknews.com/read/2012/01/05/211157/1808048/10/dihadiahi-1000-sandal-kapolri-tidak-tersinggung

Presiden Ikuti Kasus Dugaan Pencurian Sandal Jepit (Kompas.com)
http://nasional.kompas.com/read/2012/01/04/12102915/Presiden.Ikuti.Kasus.Dugaan.Pencurian.Sandal.Jepit


Support the Avaaz Community!
We're entirely funded by donations and receive no money from governments or corporations. Our dedicated team ensures even the smallest contributions go a long way.





Avaaz.org is a 10-million-person global campaign network
that works to ensure that the views and values of the world's people shape global decision-making. ("Avaaz" means "voice" or "song" in many languages.) Avaaz members live in every nation of the world; our team is spread across 13 countries on 4 continents and operates in 14 languages. Learn about some of Avaaz's biggest campaigns here, or follow us on Facebook or Twitter.

This message was sent to dcputranto@yahoo.com. To change your email address, language, or other information, contact us via this form. To unsubscribe, send an email to unsubscribe@avaaz.org or click here.

To contact Avaaz, please do not reply to this email. Instead, write to us at www.avaaz.org/en/contact or call us at +1-888-922-8229 (US).

No comments:

Post a Comment

Monggo..
silahkan di isi komentarnya..
Siapapun boleh, en gak di gigit balik kok..