buat yg suka, cerita2 spt ini...
Dahlan Iskan : SBY ''Berkelahi'' dengan Jurus Sendiri
Dari Pertemuan Puncak
Kalau harus dibuat daftar orang yang paling disalahkan sebagai penyebab krisis global sekarang ini, semua akan sepakat memasukkan nama ini: Joseph J. Cassano. Dialah yang harus berada di urutan pertama daftar itu. Cassano-lah pencipta apa yang disebut credit default swaps (CDS) -izinkan saya menerjemahkannya dengan "perlindungan terhadap kredit gagal bayar", satu istilah yang sebelum terjadi krisis ini masih sangat langka di
Bahkan, kalau banyak analis mengatakan Eropa-lah yang akan menjadi korban terparah sebagai dampak krisis ini, kaitannya juga dengan CDS itu. Nama Cassano amat top di Eropa dalam pengertian yang negatif. Cassano memang orang
Cassanolah yang membuat AIG runtuh dan memaksa pemerintah Amerika Serikat mengambil alih 85 persen saham AIG dengan cara menyuntikkan dana ke AIG USD 85 miliar, hampir sama dengan nilai seluruh APBN kita.
Cerita kehebatan Cassano itu kira-kira begini: Pada 1990-an bank-bank di Eropa umumnya kelebihan dana. Artinya, terlalu banyak uang deposito milik masyarakat yang ditaruh di bank-bank Eropa. Orang Eropa memang lebih konservatif. Tidak terlalu senang spekulasi bermain saham. Ini berarti bank harus membayar bunga deposito kepada masyarakat terlalu banyak. Maka, bank-bank Eropa mencari akal sekuat tenaga untuk memutar uang tersebut agar bisa menghasilkan bunga lebih besar.
Cassano mengetahui itu. Di sisi lain Cassano juga tahu lembaga-lembaga keuangan di AS lagi kesulitan dana karena banyaknya kredit perumahan yang macet (subprime mortgage). Apalagi, tingkat kesenangan masyarakat Amerika Serikat menabung sangatlah kecil.
Bank-bank Eropa melihat situasi di AS itu seperti menghadapi madu dan racun. Apalagi, jaringan Cassano sangat agresif menggoda mereka. Di satu pihak bank-bank Eropa sangat ingin menyalurkan kelebihan dananya ke
Yang paling ditakutkan bank-bank Eropa adalah: jangan sampai melanggar aturan bank internasional yang disebut Basel II, terutama menyangkut kecukupan modal. Dalam aturan itu disebutkan bahwa setiap memberikan kredit, bank harus meningkatkan modal yang disimpan di penjaminan. Semakin kurang berkualitas kredit itu semakin tinggi nilai modal penjaminannya. Bank-bank di Eropa tahu kalau sampai mereka memberikan kredit yang dikaitkan dengan subprime mortgage, konsekuensi permodalannya sangat berat.
Di saat seperti itulah Cassano datang dengan resep yang dianggap bisa membersihkan racun dari madu. Bank-bank Eropa bisa menikmati bunga tinggi yang ditawarkan Cassano tanpa harus meneguk racunnya. Yakni, menggunakan resep bikinan Cassano yang disebut credit default swaps (CDS) tadi. Bank-bank Eropa bisa meminjamkan uang kepada lembaga-lembaga keuangan besar di AS seperti Lehman Brothers, Goldman Sachs, dan seterusnya dengan swaps atau jaminan atau perlindungan dari AIG.
Dengan resep dari Cassano ini, bank-bank Eropa bisa berkelit dari kewajiban penyetor modal penjaminan tambahan seperti yang diatur dalam Basel II. Untuk itu bank-bank Eropa memang harus membayar fee yang besar kepada AIG. Sebagai bandingan, kalau untuk fasilitas credit equity swaps (CES) fee-nya maksimum hanya 100 basis poin, untuk DCS ini AIG minta fee sampai 500 basis poin.
Meski harus membayar fee kepada AIG yang sangat besar, bank-bank Eropa merasa aman. Pertama, bunga yang didapat masih jauh lebih besar. Kedua, kalau toh kredit itu gagal dibayar balik, AIG-nya Cassano menjamin pembayarannya. Dan, yang penting, meski bank-bank Eropa memberikan kredit kepada lembaga keuangan yang jaminannya adalah kredit-kredit gagal bayar seperti yang berasal dari subprime mortgage, itu tidak dianggap melanggar Basel II.
Mengapa? Karena kredit-kredit gagal bayar itu sudah dimasukkan dalam paket-paket dengan kemasan bagus. Meski isinya busuk, bungkusnya indah dan menggoda. Apalagi, yang membungkus itu perusahaan-perusahaan dengan reputasi kelas satu: ratingnya AAA. Sangat tepercaya. Siapa yang tidak percaya Lehman Brothers dan sebangsanya itu. Semua ratingnya AAA. Sebuah rating tertinggi.
Di Indonesia perusahaan yang ratingnya AAA tidak banyak (Misalnya, PT HM Sampoerna, PT Telkom, Bank Danamon, Bank Rakyat Indonesia, dan PT Summit Oto Finance, Red). Jawa Pos dua tahun lalu ratingnya hanya A- (A minus), dan baru tahun lalu jadi A. Masih harus bekerja keras lagi untuk bisa menjadi ke A+, lalu AA-, AA, AA+. Entah berapa puluh tahun lagi bisa jadi AAA. Entah kerja keras seperti apa lagi untuk bisa mencapai itu.
Bahkan, negara Indonesia, yang tidak pernah gagal bayar utang, yang selalu tumbuh dengan baik, yang pengelolaan keuangannya dipuji bank dunia, yang meski secara politik masih sering ribut namun terbukti tetap stabil, hanya diberi rating B. Belum BB atau BBB. Masih jauh dari rating A, apalagi AA atau AAA.
Padahal, perusahaan-perusahaan yang membungkus jaminan-jaminan gagal bayar itu semua ratingnya AAA. Yang menjual bungkusan-bungkusan itu, AIG-nya Cassano, ratingnya juga AAA. Laporan keuangannya menunjukkan kemajuan yang pesatnya bukan main. Labanya juga selangit. Maka bank-bank Eropa menganggap kredit yang diberikan kepada Lehman Brothers dan lain-lain itu sangat aman. Karena itu, ketika "membeli" bungkusan-bungkusan cantik tersebut, bank-bank Eropa tidak diwajibkan menambah modal penjaminan seperti yang diharuskan Basel II.
Transaksi "bungkusan pepes kosong" CDS itu mencapai USD 562 miliar! Atau sekitar Rp 70.000.000.000.000.000. Bukan semua uangnya berasal dari bank-bank Eropa, namun terlalu banyak yang berasal dari Eropa. Itulah sebabnya, dalam pertemuan puncak 20 kepala negara di
Semangat tinggi Eropa untuk menghukum AS dengan sangat keras itulah yang diwaspadai
Presiden harus "berkelahi" dengan caranya sendiri untuk menghindari itu. Sebab, kalau
Lembaga-lembaga keuangan dunia yang akan melakukan transaksi, kelak, harus memenuhi lebih dari 50 persyaratan. Mulai transparansi, pengawasan, pengambilan risiko sampai penegakan aturan, sampai persyaratan ratingnya.
Kelak, kira-kira, kalau semua berhasil dirumuskan, gambarannya begini: ada 50 atau 70 peraturan. Perusahaan keuangan yang akan melakukan bisnis dengan tingkat kerumitan 10, harus memenuhi semua persyaratan itu. Tapi, lembaga keuangan yang hanya melakukan bisnis dengan tingkat kerumitan 5, hanya perlu memenuhi syarat separo dari yang ditetapkan itu. Semakin rendah tingkat keruwetan bisnisnya, semakin sedikit persyaratan yang harus dipenuhi.
Presiden SBY sangat lega karena nada memberlakukan semua persyaratan untuk semua negara bisa dihindari. Kalau saja, misalnya,
Kalau toh masih ada yang harus diatur lebih ketat adalah lembaga-lembaga keuangan non-bank. Ini pun khusus menyangkut yang kepemilikannya satu grup dengan perusahaan yang merestrukturisasi keuangan. Sebab, grup-grup usaha di
No comments:
Post a Comment
Monggo..
silahkan di isi komentarnya..
Siapapun boleh, en gak di gigit balik kok..