Wednesday, November 26, 2008

Ketika Facebook Jadi Ajang Politik Kantor

Saya sempat terhenyak ketika seorang teman yang bekerja di sebuah
perusahaan multinasional ternama bercerita, dia mendapatkan masalah
karena Facebook??? Jadi ceritanya, salah seorang manajer level tinggi,
mempermasalahkan berbeberapa fotonya yang dipajang di Facebook, dan
ini tidak tanggung-tanggung dijadikan isu untuk menjatuhkan di rapat
manajerial. Untungnya yang mempermasalahkan ini bukan atasan
langsungnya, tapi manajer lainnya yang setara dengan Bosnya.

Pertanyaan saya dan mungkin banyak dari Anda adalah, apakah tidak ada
pekerjaan lain selain mengintai Facebook orang lain? Tapi ini adalah
realitas. Ketika berdiskusi dengan teman yang lain, ternyata beberapa
orang bahkan telah mengantisipasi hal-hal semacam ini dengan sengaja
memblokir teman-teman sekantor untuk menjadi teman di Facebook, karena
yang mencegah potensi politisasi kantor. Atau beberapa yang lain yang
lebih telaten, melakukan kutomisasi pada privacy policy untuk
masing-masing temannya di Facebook.

Lalu apa sebenarnya yang dipermasalahkan oleh Sang Manajer??? Dia
dianggap tidak sensitif menampilkan foto-foto sedang berbelanja produk
branded di luar negeri, lalu sedang berfoto di Club??? Dia dituduh
tidak sensitif di tengah ekonomi yang sedang krisis, malah
bersenang-senang. Pertanyaannnya kemudian apakah Sang Manajer ini
punya hak untuk mengatur apa yang boleh dan tidak boleh ditampilkan di
Facebook?? Bukankah ini adalah hak pribadinya di luar urusan kantor,
dan sifatnya sangat personal??? Dan berikutnya, ini tak ada sangkut
pautnya dengan kinerja kan? Seharusnya memang tidak dipermasalahkan.

Facebook sebenarnya adalah cerminan pribadi seseorang, mungkin bahasa
kerennya adalah personal branding. Dan perlu diingat Generasi Y memang
mempunyai karakter yang berbeda dengan generasi sebelumnya, seperti
teman saya ini. Mereka adalah pekerja muda, yang lebih ekspresif, work
hard play hard, dan menginginkan hal yang lebih seimbang antara
bekerja dan bersenang-senang.

Dan mungkin inilah yang menjadi perbedaan hubungan kerja antara
generasi yang berbeda. Generasi Y merasa bahwa kesenangan pribadi itu
di luar pekerjaan, sepanjang tidak mengganggu urusan pekerjaan. Namun
generasi X yang menjadi Bos mereka mungkin tidak bisa menerima begitu
saja, bahwa ada anak buahnya yang eksentrik dan bergaya. Mereka hanya
tidak suka saja, dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan urusan
kinerja.

Ternyata kehadiran social networking, bukan hanya membawa dampak
positif dimana hubungan menjadi semakin horizontal, orang bisa bebas
mengekespresikan diri dan sebagainya. Hubungan seharusnya semakin
demokratis, setiap orang berhak menampilkan dirinya apa adanya.
Dibalik semua ini, ternyata ada juga bahaya yang mengintai, dari
mereka-mereka yang tidak siap dengan perubahan ini. Mereka yang tidak
terbiasa memisahkan antara kehidupan pribadi, dan masalah pekerjaan.

Akhirnya saya mengerti sekarang, mengapa Business Week pernah membuat
liputan beberapa halaman yang meliput mengenai bagaimana Manajer
Generasi X seharusnya berkomunikasi dengan para bawahannya dari
Generasi Y. Generasi Y yang tumbuh besar dengan era internet, memang
melahirkan karakter yang berbeda yang terkadang tidak bisa diterima
oleh generasi X.

Beberapa tips berikut ini mungkin bisa menyelamatkan Anda yang
keranjingan Facebook:

1. Coba analisis lingkungan kerja Anda, apabila Anda bekerja di dunia
kreatif atau dunia kerja yang fleksibel menerima karakter individual
yang eksentrik, tak perlu mencemaskan apa yang akan Anda posting di
Facebook.

2. Apakah kinerja Anda ditentukan oleh penilaian bos dan teman sekerja
Anda, atau sebuah angka terukur, misalnya orang-orang sales yang
kinerjanya jelas ditentukan pencapaian target. Kalau kinerja Anda
lebih banyak ditentukan persepsi bos, dan rekan kerja. Maka perlu
berhatilah-hati saat posting di Facebook, karena bila ada beberapa
orang yang berusaha menjegal Anda dengan mudah mereka akan menggunakan
Facebook untuk merusak citra Anda.

3. Block, atau memberikan batasan bagi teman-teman Anda di Facebook
yang berpotensi menjatuhkan Anda. Karena ada beberapa hal yang tidak
bisa Anda kontrol, misalnya Tag foto, dari teman Anda, atau
komentar-komentar, serta Wall yang ditulis oleh teman Anda.

4. Pertimbangkan berbagai hal yang akan dipublikasikan di Facebook,
jangan sampai hal ini akan merugikan citra dan kredibilitas
perusahaan, atau profesionalitas kita dimata klien.

Kesimpulannya walaupun kehidupan pribadi itu tidak ada hubungannya
sama sekali dengan pekerjaan, namun dalam sebuah organisasi yang
besar. Karir dan posisi kita bukan hanya ditentukan olhe kinerja kita
dalam menyelesaikan pekerjaan. Jangan lupa juga ada manusia lain juga
yang kadang perlu diperhitungkan. Apalagi bila mereka adalah yang
menjadi penentu kemajuan karir kita.

Maka kemudian disinilah pentingnya emotional intellegence, kepandian
untuk bisa menganalisa lingkungan sekitar, kepekaan untuk memahami
orang lain yang mungkin ada yang suka atau tidak suka. Terkadang untuk
mencapai sesuatu diperlukan sebuah kompromi-kompromi demi kemenangan
yang lebih besar.

Dikutip dari: www.tuhunugraha.com

Regards

Tuhu Nugraha Dewanto

No comments:

Post a Comment

Monggo..
silahkan di isi komentarnya..
Siapapun boleh, en gak di gigit balik kok..