Wednesday, November 26, 2008

Renungan

Seperti biasa Jhon, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di
Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah,
putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya.

Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur ?" sapa Jhon sambil mencium anaknya.

Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika
ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku
nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan
dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.

Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa
dalam satu bulan berapa, hayo ?"

Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara
Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Jhon beranjak menuju
kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. "Kalo satu hari
Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp.
40.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Jhon. Tetapi
Sarah tidak beranjak.

Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,Sarah kembali bertanya,"Papa,
aku boleh pinjam uang Rp.5.000,-enggak?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini
? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".

"Tapi Papa..."

Kesabaran Jhon pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Jhon nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar
tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang
terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Jhon berkata, "Maafkan
Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam
begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa.

Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Jhon

"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau
sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Jhon lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga
puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga.
Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,-
tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam
aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya
aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Jhon pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu
erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta
yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan
anaknya.

"Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya"

No comments:

Post a Comment

Monggo..
silahkan di isi komentarnya..
Siapapun boleh, en gak di gigit balik kok..