Thursday, November 20, 2008

(OOT) Kisah hikmah "JEMBATAN"

Dua orang bersaudara tinggal di suatu ladang. Dulu mereka hidup nyaman,
saling bantu, dan saling tolong. Namun, karena suatu masalah, kini mereka
berselisih. Kasih sayang yang berlangsung selama hidup berdampingan sepuluh
tahun sirna dalam sekejap. Awalnya hanya kesalahpahaman kecil. Lalu menjadi
saling ejek dan saling maki, setelah tak bertegur sapa selama seminggu.

Pada suatu pagi si kakak kedatangan tamu. Rupanya seorang tukang kayu yang
datang lengkap dengan kotak perkakasnya. "Saya mencari kerja. Apakah anda
punya pekerjaan buat saya?" tanya si tukang kayu itu. "O ya," kata si Kakak.
"Saya punya satu pekerjaan untukmu.. Coba lihat di sana, di
ladang sebelah sana. Di sana tinggal tetangga saya. Ehmm, sebenarnya adik
saya. Dua minggu lalu dia membuat masalah dengan saya. Sebelumnya di sana
ada sebuah tanah lapang, tapi dia telah menguruk tanah itu dan kini ada
sebuah lembah kecil di sana. Mungkin ia ingin membatasi tanahnya dengan
lembah itu."
"Tapi," dia berkata lagi, "Saya bisa lakukan yang lebih baik daripada dia.
Kamu lihat kumpulan kayu yang di lumbung itu? Saya ingin kamu membuat pagar.
Dan ingat, tingginya harus 10 meter sehingga dia tak akan bisa lagi melihat
ladang saya lagi. Saya ingin memberinya pelajaran."

"Baiklah, saya bisa mengerti masalahnya," jawab si tukang kayu. "Sekarang,
tunjukkan dimana palu dan paku supaya saya bisa mulai bekerja. Saya akan
membuat Anda senang dengan pekerjaan saya ini."
Sang kakak menunjukkan tempat perkakas miliknya, lalu pergi ke kota untuk
membeli beberapa barang sehari-hari. Ia juga berpesan kepada si tukang kayu
untuk menyelesaikan tugasnya itu dalam seminggu.
Jadi, selesai tepat saat ia kembali dari kota.
Tibalah saat itu. Matahari hampir tenggelam ketika sang kakak tiba dari
kota. Ia langsung menuju "perbatasan" ladang itu. Matanya terbelalak. Betapa
kagetnya ia, sebab di sana tidak dilihatnya pagar.
Yang ada justru sebuah jembatan yang menghubungkan ladangnya dengan ladang
adiknya. Di ujung jalan yang lainnnya, sang adik ternyata telah berdiri
sambil melambai-lambaikan tangan. Dalam temaram senja kedua kakak-beradik
itu bertemu di tengah jembatan.
Sang adik berkata, "Kak, engkau begitu baik telah membuatkan satu jembatan
buat kita berdua. Padahal aku yang memulai segalanya. Aku yang membuat
lembah ini sebagai batas di antara kita. Engkau begitu baik, walaupun atas
segala yang pernah kuucapkan dan telah kuperbuat."
Sang kakak tak menyangka seperti ini kejadiannya. Sebenarnya ia ingin juga
membuat batas di antara mereka. Kedua tangan kakak-beradik itu lalu terbuka
untuk saling berpelukan. Di tempat yang agak jauh si tukang kayu menyaksikan
adegan itu. Kemudian memanggung pekakasnya. Bersiap pergi. Tapi, ekor mata
si kakak segera menangkapnya. "Heii.tunggu! Jangan pergi! Aku punya
pekerjaan lain untukmu," teriak si kakak memanggil si tukang kayu.
"Saya ingin sekali berada di sini dan merasakan kebahagiaan kalian," kata si
tukang kayu. "Tapi, masih banyak jembatan lagi yang harus kubangun. Terima
kasih."

Akhi (teman), jembatan antarmanusia adalah cinta dan kasih sayang. Dalam
cinta kita akan menemukan saling pengertian, pengharapan, welas asih,
perhatian, peneguhan, dukungan, semangat, dan banyak hal lainnya. Jika tak
bisa menemukan cara untuk memberikan kasih kepada banyak orang, setidaknya
kita punya cara untuk mengingat bahwa kita telah lakukan yang terbaik.
Sesungguhnya yang kita butuhkan hanyalah sedikit sentuhan bahwa sebenarnya
kita adalah satu dan punya keinginan yang sama:
DICINTAI dan MENCINTAI.
Disadur dari buku :
Kekuatan Cinta "30 Nasihat Bagi Jiwa Perindu Nur Illahi"
Irfan Toni Herlambang

No comments:

Post a Comment

Monggo..
silahkan di isi komentarnya..
Siapapun boleh, en gak di gigit balik kok..